Dalam pembagian rentang waktu risiko di atas, WEF menyebut ada blind spot alias titik buta risiko yang akan dihadapi dunia, salah satunya soal fenomena anak muda yang terkecewakan.
Sudah menjadi risiko tersendiri, situasi ini pun masih berisiko mengoyak kesehatan mental mereka.
Baca juga: Ada “Peran” Kita di Balik Alasan Seseorang Bunuh Diri?
Frustasi berkepanjangan, kesepian berkepanjangan, peluang ekonomi yang menyempit karena kesenjangan dan level rendah pendidikan, disebut telah menjadi fenomena 80 persen anak-anak dan anak muda di seluruh dunia selama pandemi.
Sebelum membahas langkah yang bisa dilakukan oleh otoritas, anak muda, dan brand terkait anak muda untuk merawat kesehatan generasi masa depan ini, ada dua insight yang harus dibenamkan dalam-dalam, yaitu:
Tantangan terbesar, tentu saja ada pada otoritas untuk meminimalkan risiko kesehatan mental bagi anak muda harapan bangsa. Persoalan-persoalan yang sudah terpetakan di atas harus segera mendapatkan solusi dan antisipasi.
Bagi anak muda, ada banyak cara untuk merawat kesehatan mental di tengah situasi yang memang sulit bagi siapa pun ini. Meditasi adalah salah satu cara yang bisa dilakukan.
Soal pendidikan dan peluang kerja, anak muda juga tak lagi bisa sepenuhnya mengandalkan uluran tangan dari luar seperti saat situasi sebelum pandemi.
Baca juga: Mulai Usaha di Tengah Pandemi, Perajin Asal Salatiga Sudah Bisa Ekspor Kursi ke Amerika Serikat
Kalau yang serba daring sudah melelahkan sampai ke tingkat jiwa, masih ada bahan bacaan tercetak, misalnya, untuk mendalami pengetahuan dan peluang laiknya generasi sebelumnya.
Anak muda pun tetap harus berupaya menjaga semangat dan langkah untuk memecah tantangan masa kini dan masa depan hingga ke skala yang bisa tertangani.
Kreatif mengupayakan ruang sosial yang membangun dan mengembangkan diri tak ada salahnya dijajal tanpa menabrak protokol kesehatan.
Adapun brand yang selama ini mungkin begitu sibuk menjual produk dan layanan, mungkin sekarang adalah saat yang tepat mengambil peran fundamental menyelamatkan anak muda yang juga adalah pangsa pasar pada masa depan.
Brand patut tampil sebagai entitas yang memberi dan menjaga harapan. Penghiburan dan penyemangat juga pilihan peran yang bisa diambil brand. Berbagi pengetahuan substansial dan fundamental juga pilihan mulia untuk dilakukan brand.
Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia, Kenali 4 Jenis Gangguan Mental Ini
Brand yang berasal dari sektor perbankan dan asuransi pun, misalnya, bisa membuat isu kesehatan mental jadi kendaraan yang membawa komunikasi marketing yang baik. Brand dari sektor kesehatan tentu bisa lebih lihai lagi dalam ambil peran di sini.
Jika brand sudah mengetahui peran apa yang akan diambil, maka selanjutnya hal tersebut bisa diturunkan menjadi formula komunikasi yang tepat. Media komunikasi, termasuk digital, bisa jadi sarana untuk brand ambil peran merawat dan menjaga kesehatan mental anak muda ini.
Bentuknya, lagi-lagi, beragam. Konten dengan berbagai variasi bentuk dan cara penyajian merupakan jembatan untuk brand lebih dekat dengan target audience-nya, dalam hal ini anak muda.
Kesungguhan dan ketulusan dalam memainkan peran yang sudah brand pilih yang kemudian akan menjadi kunci peran brand dalam turut tangan merawat dan menjaga kesehatan mental anak muda.
Naskah: Tim STRATX, KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.