Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2021, 09:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Sirosis hati menggambarkan suatu kondisi ketika  jaringan parut secara bertahap menggantikan sel-sel hati yang sehat.

Ini adalah penyakit progresif, berkembang perlahan selama bertahun-tahun.

Jika dibiarkan terus, penumpukan jaringan parut pada akhirnya dapat menghentikan fungsi hati.

Ketika jaringan hati yang sehat dihancurkan dan digantikan oleh jaringan parut, kondisinya menjadi serius, karena dapat mulai menghalangi aliran darah melalui hati.

Baca juga: Abses Hati

Gejala sirosis hati biasanya muncul sejak tahap awal, kemudian bernagsur-angsur gejalanya berubah seiring berkembang.

Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa gejala sirosis hati untuk mendapatkan penanganan yang tepat segera. 

Gejala sirosis hati

Melansir dari Medical News Today, gejala tidak umum selama tahap awal sirosis.

Namun, ketika jaringan parut terakumulasi, kemampuan hati untuk berfungsi dengan baik menjadi berkurang. Tanda dan gejala berikut dapat terjadi:

kapiler darah menjadi terlihat pada kulit di perut bagian atas.

  • kelelahan
  • insomnia
  • kulit yang gatal
  • kehilangan selera makan
  • kehilangan berat badan
  • mual
  • rasa sakit atau nyeri di daerah di mana hati berada
  • telapak tangan merah atau bernoda
  • kelemahan

Baca juga: 5 Cara Mengobati Pembengkakan Hati Sesuai Penyebabnya

Tanda dan gejala berikut mungkin muncul saat sirosis hati berkembang:

  • detak jantung dipercepat
  • perubahan kepribadian
  • gusi berdarah
  • kehilangan massa di tubuh dan lengan atas
  • kesulitan memproses obat-obatan dan alkohol
  • kebingungan
  • pusing
  • penumpukan cairan di pergelangan kaki, kaki, dan tungkai, yang dikenal sebagai edema
  • rambut rontok
  • kerentanan yang lebih tinggi terhadap memar
  • penyakit kuning, atau menguningnya kulit, bagian putih mata, dan lidah
  • kehilangan gairah seks
  • masalah memori
  • demam lebih sering dan peningkatan risiko infeksi
  • kram otot
  • mimisan
  • nyeri di bahu kanan
  • sesak napas
  • tinja menjadi hitam dan lembek, atau sangat pucat.
  • urin menjadi lebih gelap.
  • muntah darah
  • masalah dengan berjalan dan mobilitas

Jaringan hati digantikan oleh jaringan parut fibrosa.

Nodul regeneratif juga dapat terbentuk. Ini adalah benjolan yang muncul saat hati mencoba menyembuhkan kerusakan.

Baca juga: 6 Penyebab Pembengkakan Hati yang Perlu Diwaspadai

Penyebab sirosis hati

Berikut ini beberapa penyebab sirosis hati, seperti dilansir dari Mayo Clinic.

  • Penyalahgunaan alkohol kronis
  • Hepatitis virus kronis (hepatitis B, C dan D)
  • Lemak menumpuk di hati (penyakit hati berlemak nonalkohol)
  • Penumpukan zat besi dalam tubuh (hemokromatosis)
  • Cystic fibrosis
  • Tembaga terakumulasi di hati (penyakit Wilson)
  • Saluran empedu yang tidak terbentuk dengan baik (atresia bilier)
  • Defisiensi antitripsin alfa-1
  • Gangguan metabolisme gula yang diturunkan (galaktosemia atau penyakit penyimpanan glikogen)
  • Gangguan pencernaan genetik (sindrom Alagille)
  • Penyakit hati yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh Anda (hepatitis autoimun)
  • Penghancuran saluran empedu (sirosis bilier primer)
  • Pengerasan dan jaringan parut pada saluran empedu (primary sclerosing cholangitis)
  • Infeksi, seperti sifilis atau brucellosis
  • Obat-obatan, termasuk metotreksat atau isoniazid

Pencegahan

Kurangi risiko sirosis Anda dengan mengambil langkah-langkah berikut untuk merawat hati Anda:

  • Jangan minum alkohol jika Anda menderita sirosis. Jika Anda memiliki penyakit hati, Anda harus menghindari alkohol.
  • Makan makanan yang sehat. Pilih pola makan nabati yang penuh dengan buah-buahan dan sayuran. Pilih biji-bijian dan sumber protein tanpa lemak. Kurangi jumlah makanan berlemak dan gorengan yang Anda makan.
  • Pertahankan berat badan yang sehat. Kelebihan jumlah lemak tubuh dapat merusak hati Anda. Bicaralah dengan dokter Anda tentang rencana penurunan berat badan jika Anda mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Kurangi risiko hepatitis. Berbagi jarum suntik dan berhubungan seks tanpa kondom dapat meningkatkan risiko hepatitis B dan C. Tanyakan kepada dokter Anda tentang vaksinasi hepatitis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com