Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Gejala Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 05/11/2021, 05:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Gejala hipertensi pulmonal penting dikenali untuk mendukung upaya diagnosis dini dan pengobatan sesegera mungkin jika terjadi masalah kesehatan ini.

Dilansir dari Celeveland Clinic, hipertensi pulmonal adalah gangguan paru-paru ketika arteri yang membawa darah dari jantung ke paru-paru menjadi menyempit, sehingga darah sulit mengalir.

Akibatnya, tekanan darah di arteri yang disebut sebagai arteri pulmonalis ini dapat naik jauh di atas tingkat normal.

Baca juga: Apa Itu Hipertensi Pulmonal?

Tekanan tinggi yang tidak normal ini dapat menekan ventrikel kanan jantung, lalu membuatnya membesar.

Sayangnya, ketika terlalu banyak bekerja dan membesar, ventrikel kanan secara bertahap bisa menjadi lebih lemah dan kehilangan kemampuannya untuk memompa cukup darah ke paru-paru.

Hal ini pun dapat menyebabkan perkembangan gagal jantung kanan.

Oleh sebab itu, hipertensi pulmonal sebaiknya tak dianggap remeh.

Berbeda dengan tekanan darah sistemik yang mewakili kekuatan darah yang bergerak melalui pembuluh darah di seluruh tubuh, tekanan darah pulmonal hanya mencerminkan tekanan yang diberikan jantung untuk memompa darah dari jantung melalui arteri paru.

Dengan kata lain, tekanan darah pulmonal berfokus pada tekanan aliran darah di paru-paru.

Hipertensi pulmonal pada dasarnya bisa terjadi pada individu dari segala usia, rasa, dan latar belakang etnis.

Tapi, penyakit paru ini dilaporkan jauh lebih sering terjadi pada orang dewasa muda dan kira-kira dua kali lebih umum pada wanita daripada pria.

Baca juga: 5 Penyebab Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Gejala hipertensi pulmonal

Melansir Mayo Clinic, tanda dan gejala hipertensi pulmonal atau hipertensi paru biasanya berkembang secara perlahan.

Penderita mungkin tidak memperhatikan gejala selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Gejala seringkali menjadi lebih buruk saat penyakit berkembang.

Tanda dan gejala hipertensi pulmonal di antaranya bisa meliputi:

  1. Sesak napas (dispnea) yang awalnya dengan aktivitas fisik dan pada akhirnya bisa terjadi meski saat istirahat
  2. Kelelahan
  3. Pusing atau pingsan (sinkop)
  4. Tekanan atau nyeri dada
  5. Pembengkakan (edema) di pergelangan kaki, kaki, dan akhirnya di perut (asites)
  6. Warna kebiruan pada bibir dan kulit (sianosis)
  7. Denyut nadi cepat atau detak jantung berdebar (palpitasi)

Edema, asites, dan sianosis dapat terjadi karena ketegangan pada jantung meningkat.

Baca juga: 11 Gejala Bronkitis Kronis yang Perlu Diwaspadai

Penderita hipertensi pulmonal pada akhirnya bisa menjadi sulit untuk melakukan aktivitas apa pun saat penyakitnya memburuk.

Oleh sebab itu, siapa saja yang mencurigai memiliki gejala hipertensi pulmonal sebaiknya dapat segera berkonsultasi dengan dokter.

Dokter dapat membantu memastikan penyebab keluhan yang terjadi dan memberikan saran pengobatan terbaik.

Cara mendiagnosis hipertensi pulmonal

Karena hipertensi pulmonal dapat disebabkan oleh banyak kondisi medis, riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik, dan deskripsi gejala pasien diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lain dan membuat diagnosis yang benar.

Selama pemeriksaan fisik, dokter mungkin akan melakukan beberapa tindakan berikut:

  • Mendengarkan suara jantung yang abnormal, seperti suara katup pulmonal yang keras, murmur sistolik dari regurgitasi trikuspid, atau gallop karena gagal ventrikel.
  • Memeriksa vena jugularis di leher apakah ada pembengkakan (enlargement)
  • Memeriksa perut, kaki, dan pergelangan kaki untuk retensi cairan
  • Memeriksa alas kuku untuk warna kebiruan
  • Mencari tanda-tanda penyakit lain yang mendasari yang mungkin menjadi penyebab hipertensi pulmonal

Baca juga: 4 Penyebab Emfisema yang Perlu Diwaspadai

Tes lain yang mungkin dipesan dokter meliputi:

  • Tes darah: Termasuk panel metabolik lengkap atau complete metabolic pane (CMP), tes darah autoantibodi, hormon perangsang tiroid, HIV, gas darah arteri, hitung darah lengkap, B-type natriuretic peptide
  • Doppler echocardiogram: Menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan fungsi ventrikel kanan, mengukur aliran darah melalui katup jantung, dan kemudian menghitung tekanan arteri pulmonalis sistolik
  • Rontgen dada: Menunjukkan ventrikel kanan yang membesar dan arteri pulmonalis yang membesar
  • Tes berjalan 6 menit: Menentukan tingkat toleransi latihan dan tingkat saturasi oksigen darah selama latihan
  • Tes fungsi paru: Mengevaluasi untuk kondisi paru-paru lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronik dan fibrosis paru idiopatik
  • Polisomnogram atau oksimetri semalaman: Skrining untuk sleep apnea (mengakibatkan kadar oksigen rendah di malam hari)
  • Kateterisasi jantung kanan: Mengukur berbagai tekanan jantung (yaitu, di dalam arteri pulmonalis, berasal dari sisi kanan jantung), kecepatan jantung mampu memompa darah, dan menemukan kebocoran antara sisi kanan dan kiri jantung. jantung
  • Pemindaian perfusi ventilasi (pemindaian V/Q): Mencari bukti pembekuan darah di sepanjang jalur menuju paru-paru
  • Angiogram paru: Mencari penyumbatan bekuan darah di arteri pulmonalis
  • CT scan dada: Mencari gumpalan darah dan kondisi paru-paru lainnya yang mungkin berkontribusi atau memperburuk hipertensi pulmonal

Baca juga: 4 Gejala Emfisema yang Perlu Diwaspadai

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Health
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Health
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Health
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Health
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Health
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Health
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Health
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
Health
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Health
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Health
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau