Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Gejala Hipertensi Pulmonal yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 05/11/2021, 05:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

  1. Sesak napas (dispnea) yang awalnya dengan aktivitas fisik dan pada akhirnya bisa terjadi meski saat istirahat
  2. Kelelahan
  3. Pusing atau pingsan (sinkop)
  4. Tekanan atau nyeri dada
  5. Pembengkakan (edema) di pergelangan kaki, kaki, dan akhirnya di perut (asites)
  6. Warna kebiruan pada bibir dan kulit (sianosis)
  7. Denyut nadi cepat atau detak jantung berdebar (palpitasi)

Edema, asites, dan sianosis dapat terjadi karena ketegangan pada jantung meningkat.

Baca juga: 11 Gejala Bronkitis Kronis yang Perlu Diwaspadai

Penderita hipertensi pulmonal pada akhirnya bisa menjadi sulit untuk melakukan aktivitas apa pun saat penyakitnya memburuk.

Oleh sebab itu, siapa saja yang mencurigai memiliki gejala hipertensi pulmonal sebaiknya dapat segera berkonsultasi dengan dokter.

Dokter dapat membantu memastikan penyebab keluhan yang terjadi dan memberikan saran pengobatan terbaik.

Cara mendiagnosis hipertensi pulmonal

Karena hipertensi pulmonal dapat disebabkan oleh banyak kondisi medis, riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik, dan deskripsi gejala pasien diperlukan untuk menyingkirkan penyakit lain dan membuat diagnosis yang benar.

Selama pemeriksaan fisik, dokter mungkin akan melakukan beberapa tindakan berikut:

  • Mendengarkan suara jantung yang abnormal, seperti suara katup pulmonal yang keras, murmur sistolik dari regurgitasi trikuspid, atau gallop karena gagal ventrikel.
  • Memeriksa vena jugularis di leher apakah ada pembengkakan (enlargement)
  • Memeriksa perut, kaki, dan pergelangan kaki untuk retensi cairan
  • Memeriksa alas kuku untuk warna kebiruan
  • Mencari tanda-tanda penyakit lain yang mendasari yang mungkin menjadi penyebab hipertensi pulmonal

Baca juga: 4 Penyebab Emfisema yang Perlu Diwaspadai

Tes lain yang mungkin dipesan dokter meliputi:

  • Tes darah: Termasuk panel metabolik lengkap atau complete metabolic pane (CMP), tes darah autoantibodi, hormon perangsang tiroid, HIV, gas darah arteri, hitung darah lengkap, B-type natriuretic peptide
  • Doppler echocardiogram: Menggunakan gelombang suara untuk menunjukkan fungsi ventrikel kanan, mengukur aliran darah melalui katup jantung, dan kemudian menghitung tekanan arteri pulmonalis sistolik
  • Rontgen dada: Menunjukkan ventrikel kanan yang membesar dan arteri pulmonalis yang membesar
  • Tes berjalan 6 menit: Menentukan tingkat toleransi latihan dan tingkat saturasi oksigen darah selama latihan
  • Tes fungsi paru: Mengevaluasi untuk kondisi paru-paru lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronik dan fibrosis paru idiopatik
  • Polisomnogram atau oksimetri semalaman: Skrining untuk sleep apnea (mengakibatkan kadar oksigen rendah di malam hari)
  • Kateterisasi jantung kanan: Mengukur berbagai tekanan jantung (yaitu, di dalam arteri pulmonalis, berasal dari sisi kanan jantung), kecepatan jantung mampu memompa darah, dan menemukan kebocoran antara sisi kanan dan kiri jantung. jantung
  • Pemindaian perfusi ventilasi (pemindaian V/Q): Mencari bukti pembekuan darah di sepanjang jalur menuju paru-paru
  • Angiogram paru: Mencari penyumbatan bekuan darah di arteri pulmonalis
  • CT scan dada: Mencari gumpalan darah dan kondisi paru-paru lainnya yang mungkin berkontribusi atau memperburuk hipertensi pulmonal

Baca juga: 4 Gejala Emfisema yang Perlu Diwaspadai

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau