KOMPAS.com - Emotional eating seringkali dilakukan seseorang saat merasa sedih, stres, atau kesepian.
Emotional eating atau makan emosional adalah mekanisme koping yang sangat normal dalam menanggapi perasaan yang kuat.
Menurut psikolof Susal Albers, emotional eating adalah makan yang bertujuan untuk mengalihkan stres.
Saat stres, tubuh mulai memproduksi hotmon kortisol yang membuat kita merasa khawatir atau cemas.
“Kortisol membuat kita menginginkan makanan manis, berlemak, atau asin,” kata Dr. Albers
Emotional eating bisa memicu pertambahan berat badan yang membuat kita rentan mengalami penyakit kronis.
Baca juga: 10 Hal tentang Pseudogout, Radang Sendi Mirip Asam Urat yang Penting Diketahui
Agar kita lebih waspada, berikut berbagai penyebab emotional eating:
1. Kecemasan
Kecemasan adalah pemicu siginifikan emotional eating.
“Saat cemas, orang-orang akan merasakan emosi begitu hebat dan begitu kuat sehingga tubuh akan stres dan memicu keinginan makan," ucap Albers.
2. Tekanan situasional
Emotional eating juga bisa timbul dari tekanan situasional. Misalnya, pandemi Covid-19 mengganggu rutinitas dan menyebabkan kita tidak bisa bepergian sehingga merasa bosan. Akhirnya, rasa bosan tersebut kita alihkan dengan makan.
3. Diet ketat
Diet ketat sering menyebabkan makan emosiona, karena mencoba mengurangi hal-hal yang tidak sehat sering kali membuat Anda membatasi porssi makan.
“Pembatasan makan adalah salah satu pemicu terbesar makan emosional,” kata Albers.
Ada beberapa tanda yang bisa menunjukan seseorang mengalami emotional eating. Berikut tanda tersebut:
Emotional eating seringkali muncul tiba-tiba dan membuat Anda menginginkan makanan tertentu secara mendadak.
Baca juga: Amebiasis
Makan berlebihan adalah ciri lain dari makan emosional. Tidak peduli berapa banyak yang kita makan, kita tetap akan merasa lapar dan terus memakannya.
Merasakan tekanan emosional, seperti rasa malu atau bersalah atas kebiasaan makan Anda adalah tanda emotional eating.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.