Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/11/2021, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Makanan yang dijual di pinggir jalan memang menggoda.

Namun, makanan yang dibiarkan terbuka di udara bebas dalam waktu yang lama dapat menyebabkan makanan tersebut terkontaminasi oleh bakteri atau parasit.

Makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri atau parasit dapat menimbulkan penyakit yang disebut amebiasis.

Baca juga: Infeksi Parasit

Amebiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica atau E. histolytica pada usus.

Amebiasis merupakan penyakit yang sering terjadi di negara-negara dengan padat penduduk dan memiliki sistem sanitasi yang buruk, termasuk Indonesia.

Gejala

Merangkum Healthline dan Medline Plus, gejala amebiasis akan muncul dalam tujuh sampai 28 hari setelah terinfeksi parasit dengan gejala berikut ini:

  • Kram perut
  • Diare sebanyak tiga sampai delapan kali sehari
  • Diare disertai darah
  • Rasa kelelahan yang berlebihan
  • Buang angin berlebihan
  • Anus terasa sakit saat buang air besar.

Jika dibiarkan parasit akan menyebar hingga ke dinding usus, bahkan ke organ hati melalui pembuluh darah dan menyebabkan abses atau kumpulan nanah di hati.

Infeksi yang semakin parah akan menimbulkan beberapa gejala berikut:

  • Nyeri perut bagian atas yang parah
  • Feses berlendir dan berdarah
  • Diare atau buang air besar sebanyak 10 hingga 20 kali dalam satu hari
  • Demam tinggi
  • Muntah-muntah.

Baca juga: Abdominal Migrain (Migrain Perut)

Penyebab

Dikutip dari Healthline, amebiasis disebabkan oleh masuknya parasit E. histolytica ke dalam tubuh dan menetap di dalam usus.

Parasit E. histolytica dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui beberapa cara berikut:

  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi
  • Melakukan kontak langsung dengan tanah, air, pupuk, atau feses yang terkontaminasi
  • Melakukan seks anal dengan penderita amebiasis.

Saat berada di air, tanah, pupuk, atau feses penderita, larva E. histolytica umumnya tidak aktif.

Namun, setelah masuk ke dalam tubuh, larva E. histolytica akan menjadi parasit aktif atau disebut trofozoit.

Trofozoit akan berkembang biak di saluran pencernaan lalu bergerak dan menetap di dinding usus besar.

Hal ini akan menyebabkan diare berdarah, radang usus besar, bahkan kerusakan jaringan.

Orang yang terinfeksi E. histolytica dapat menyebarkan penyakit amebiasis dengan melepaskan larva baru ke lingkungan sekitar melalui kotoran (feses) yang terinfeksi.

Faktor risiko

Dirangkum dari Medicine Net dan Medline Plus, terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko mengalami amebiasis, yaitu:

Baca juga: 4 Penyebab Umum Sakit Perut Pada Anak, Orangtua Harus Waspada

  1. Mengonsumsi atau kecanduan alkohol
  2. Menderita kanker
  3. Mengalami malnutrisi
  4. Sedang hamil
  5. Mengunjungi tempat dengan kondisi kebersihan atau sistem sanitasi yang buruk
  6. Menggunakan obat kortikosteroid dalam waktu yang lama
  7. Bertempat tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, seperti penjara dan asrama
  8. Melakukan seks anal.

Diagnosis

Merangkum Medline Plus dan Patient Info, selain melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan beberapa pemeriksan berikut:

  1. Tes darah
    Untuk mengetahui infeksi di darah, mengetahui adanya anemia, dan untuk menilai fungsi hati
  2. Sigmoidoskopi
    Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kondisi usus besar bagian bawah menggunakan sigmoidoskop yang dimasukkan ke dalam anus
  3. Tes tinja
    Dokter akan mengambil tiga sampel feses dari hari yang berbeda lalu diperiksa di laboratorium untuk menemukan keberadaan parasit
  4. Kolonoskopi
    Prosedur yang dilakukan untuk mendeteksi kelainan pada usus besar
  5. Biopsi jarum
    Mengambil sampel abses hati untuk mendeteksi keberadaan parasit
  6. Pemindaian dengan CT scan atau Ultrasonografi
    Pemeriksaan ini dapat mendeteksi abses pada hati atau organ tertentu.

Baca juga: Mengapa Minum Kopi Bikin Sakit Perut?

Perawatan

Dirangkum dari Drugs.com dan Healthline, penanganan amebiasis akan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala yang dirasakan penderita.

Berikut beberapa obat yang dapat mengatasi amebiasis:

  • Pemberian obat antibiotik

Antibiotik, seperti metronidazole atau tinidazole untuk membunuh parasit penyebab amebiasis dan biasanya diberikan bersama obat antiparasit, yaitu diloxanide furoate

  • Obat antimual

Dokter akan memberikan obat antimual untuk mengurangi mual atau muntah yang dirasakan penderita amebiasis

Jika parasit terdapat di jaringan usus, penanganan juga harus ditujukan untuk mengatasi kerusakan pada organ yang terinfeksi.

Pembedahan mungkin diperlukan jika usus besar atau jaringan peritoneum mengalami perforasi.

Komplikasi

Menurut Medicine Net, amebiasis dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berikut:

  1. Abses hati atau penumpukan nanah di organ hati
  2. Penyebaran infeksi parasit ke seluruh tubuh, bahkan hingga ke otak
  3. Amoeboma, yaitu sumbatan pada usus akibat gumpalan jaringan pada usus
  4. Peningkatan risiko kanker.

Baca juga: Sakit Perut

Pencegahan

Mengutip Healthline, berikut beberapa cara untuk mencegah amebiasis:

  1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama setelah buang air kecil atau buang air besar dan sebelum memegang makanan
  2. Cuci sayur dan buah sampai bersih dan kupas sebelum dimakan
  3. Pastikan kualitas air yang dikonsumsi aman bagi tubuh, seperti menggunakan air minum kemasan
  4. Konsumsi susu dan produk olahan susu yang telah melalui proses pasteurisasi
  5. Rebus air hingga mendidih sebelum dimunim
  6. Hindari berbagi peralatan mandi, seperti handuk, sabun, dan sikat gigi dengan orang lain
  7. Hindari konsumsi makanan atau minuman yang kebersihannya tidak terjamin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com