Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyebab dan Dampak Helicopter Parenting terhadap Anak

Kompas.com - 18/11/2021, 17:00 WIB
Galih Pangestu Jati

Penulis

KOMPAS.com - Istilah helicopter parenting pertama kali digunakan dalam buku Parents & Teenagers karya Dr. Haim Ginott tahun 1969.

Istilah tersebut digunakan oleh para remaja yang mengatakan bahwa orang tua mereka akan melayang-layang di atas mereka seperti helikopter.

Istilah ini pun menjadi cukup populer untuk menjadi entri kamus pada tahun 2011.

Melansir dari Parents, helicopter parenting mengacu pada gaya orang tua yang terlalu fokus pada anak-anak mereka menurut Carolyn Daitch, Ph.D., direktur Pusat Perawatan Gangguan Kecemasan di dekat Detroit dan penulis Anxiety Disorders: The Go-To Guide.

Baca juga: Lama WFH, Tips Menyiapkan Mental Sebelum Kembali ke Kantor

Mereka biasanya mengambil terlalu banyak tanggung jawab atas pengalaman anak-anak mereka dan, khususnya, keberhasilan atau kegagalan mereka.

Ada beberapa penyebab helicopter parenting dilakukan oleh orang tua, berikut ini beberapa di antaranya.

  • Takut akan konsekuensi yang mengerikan: Orang tua mungkin takut akan nilai rendah, penolakan dari tim olahraga, atau wawancara kerja yang gagal—terutama jika mereka merasa bisa berbuat lebih banyak untuk membantu. Namun, menurut Deborah Gilboa, MD, pendiri AskDoctorG.com, "banyak konsekuensi yang ingin dicegah oleh orang tua, seperti ketidakbahagiaan, perjuangan, tidak unggul, bekerja keras, tidak ada hasil yang dijamin. Padahal, pengalaman tersebut adalah guru yang hebat untuk anak-anak.

  • Perasaan cemas: Kekhawatiran tentang ekonomi, persaingan kerja, dan dunia secara umum dapat mendorong orang tua untuk mengambil kendali lebih besar atas kehidupan anak mereka dalam upaya untuk melindungi mereka. Kekhawatiran dapat mendorong orang tua untuk mengambil kendali dengan keyakinan bahwa mereka dapat menjaga anak mereka agar tidak terluka atau kecewa.

  • Kompensasi berlebihan: Orang dewasa yang merasa tidak dicintai atau diabaikan ketika mereka anak-anak dapat memberikan kompensasi yang berlebihan kepada anak-anak mereka sendiri. Perhatian dan pemantauan yang berlebihan adalah upaya untuk memperbaiki kekurangan yang dirasakan orang tua dalam pengasuhan mereka sendiri.

  • Tekanan teman sebaya dari orang tua lain: Ketika ibu dan ayah melihat orang tua lain yang terlalu terlibat, itu dapat memicu respons serupa. Kadang-kadang ketika kita mengamati orang tua lain yang mengasuh secara berlebihan atau melakukan helicopter parenting, itu akan menekan kita untuk melakukan hal yang sama. Kita dapat dengan mudah merasakan bahwa jika kita tidak membenamkan diri dalam kehidupan anak-anak kita, kita adalah orang tua yang buruk. Rasa bersalah adalah komponen besar dalam dinamika ini.

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Tanda Emotional Eating

Dampak helicopter parenting pada anak

Melansir dari Healthline, meskipun beberapa orang tua melihat helicopter parenting sebagai hal yang baik, itu dapat menjadi bumerang dan menyebabkan seorang anak mengembangkan rasa percaya diri yang rendah atau harga diri yang rendah.

Anak menjadi ragu dengan kemampuan mereka sendiri karena terus-menerus disediakan orang tua.

Mereka mungkin merasa bahwa orang tua mereka tidak mempercayai mereka untuk membuat keputusan sendiri. 

Mereka pun mulai mempertanyakan apakah mereka siap untuk mengatur hidup mereka sendiri atau tidak.

Perasaan percaya diri yang rendah dan harga diri yang rendah dapat menjadi sangat buruk sehingga menyebabkan masalah lain, seperti kecemasan dan depresi.

Perasaan ini tidak hilang begitu saja hanya karena seorang anak tumbuh dewasa.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau