KOMPAS.com - Penyakit jantung masih menjadi penyumbang angka kematian tertinggi di dunia.
Gaya hidup masyarakat yang semakin pasif selama pandemi Covid-19 turut berkontribusi bagi
peningkatan prevalensi penyakit jantung.
Dalaam sebuah acara diskusi bertajuk "Deteksi Dini Penyakit Jantung: Apakah Mungkin?”, Ahmed Hassan, Director, Country Manager Diagnostics, Roche Indonesia, mengatakan bahwa laju rata-rata mortalitas di rumah sakit akibat serangan jantung dilaporkan meningkat hingga 23 persen selama pandemi.
"Bahkan, 16,3 persen pasien yang dirawat di ruang isolasi Covid-19 ternyata mempunyai penyakit bawaan kardiovaskular, dengan gaya hidup pasif selama pandemi ditengarai menjadi salah satu pemicunya,” tambahnya.
Baca juga: Foot Drop
Gejala penyakit jantung kerap tidak disadari oleh pengidapnya, terutama jika
pasien masih berusia muda dan produktif.
Padahal, gejala seperti sesak napas yang disertai dengan keringat dingin, rasa lemas, jantung berdebar, atau nyeri dada sebelah kiri, kemungkinan besar menandakan adanya gejala penyakit jantung yang perlu dideteksi dan ditangani sejak dini.
Oleh karena itu, cek jantung sejak dini juga berperan penting dalam menentukan tes-tes lanjutan apa yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi kesehatan jantung masing-masing individu.
Gejala-gejala penyakit jantung di fase awal kerap dirasakan sebagai gejala umum yang tidak
membahayakan kesehatan.
Sehingga, banyak pasien yang baru memeriksakan jantungnya ketika sudah mengalami gejala yang cukup parah.
Negara lain bahkan merekomendasikan warganya untuk melakukan cek jantung rutin secara berkala minimal lima tahun sekali sejak usia 18 tahun, dan harus semakin sering jika memiliki riwayat kesehatan atau gaya hidup tertentu.
Pada tahap ini, deteksi dini sudah menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya keterlambatan penanganan pada penyakit jantung.
Baca juga: Bagaimana Diabetes Bisa Menyebabkan Sering Lapar?
Deteksi dini penyakit jantung menjadi opsi ideal untuk mencegah terlambatnya penanganan penyakit jantung pada pasien.
Salah satu inovasi deteksi dini penyakit jantung adalah penggunaan biomarker
Troponin T dan NT-proBNP dalam tes darah, yang kini diakui sebagai standar emas deteksi dini penyakit jantung di dunia.
Selain mampu mendeteksi penyakit jantung sejak dini, inovasi ini juga memungkinkan pasien untuk mencari tahu tingkat keparahan kondisi, merencanakan pengobatan yang efektif sesuai
kondisi kesehatan, dan mencari tahu apakah pengobatan yang selama ini dijalani sudah bekerja dengan baik.
Tes biomarker Troponin T dan NT-proBNP sendiri kini bisa diakses oleh pasien di berbagai rumah
sakit dan laboratorium klinik.