Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2021, 08:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit kronis yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan tanpa disadari oleh penderitanya.

Tekanan darah terbagi ke dalam dua bagian, yakni tekanan sistolik dan tekanan diastolik.

Tekanan sistolik merupakan angka pertama atau teratas yang menunjukkan tekanan di arteri ketika jantung berdetak dan memompa darah ke seluruh tubuh.

Baca juga: Bagaimana Hipertensi Bisa Sebabkan Kematian?

Sementara itu, tekanan diastolik merupakan angka kedua atau terbawah yang menunjukkan besarnya tekanan pada pembuluh darah di antara detakan jantung.

Hipertensi terjadi ketika tekanan sistolik berada di atas 130 mmHg dan tekanan diastolik berada pada 80 mmHg atau lebih tinggi.

Hipertensi merupakan kondisi serius dan dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Gejala

Merangkum Verywell Health dan Healthline, hipertensi dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala.

Namun, ketika hipertensi semakin parah dapat merasakan beberapa gejala berikut:

  • Sakit kepala
  • Sesak napas
  • Mimisan
  • Pusing atau sensasi kepala berputar
  • Nyeri dada
  • Kulit memerah, terutama pada wajah dan leher
  • Gangguan penglihatan
  • Darah dalam urin
  • Mual
  • Muntah.

Penyebab

Dirangkum dari National Health Service dan Healthline, berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:

Baca juga: 9 Makanan yang Harus Dihindari Penderita Hipertensi

  • Hipertensi primer

Hipertensi primer merupakan jenis hipertensi yang paling sering terjadi dan berkembang selama bertahun-tahun tanpa diketahui penyebabnya secara pasti.

Namun, terdapat beberapa kombinasi dari beberapa faktor yang dapat menyebabkan tekanan darah meningkat secara perlahan, seperti:

  1. Mutasi gen atau kelainan genetik dapat menyebabkan seseorang menderita hipertensi
  2. Masalah atau penurunan fungsi pada salah satu organ, seperti pada ginjal akibat penuaan dapat menyebabkan tekanan darah meningkat
  3. Pilihan gaya hidup yang tidak sehat seiring waktu dapat meningkatkan risiko hipertensi, seperti kurang olahraga dan obesitas
  • Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder merupakan jenis hipertensi yang umumnya terjadi dengan cepat dan dapat menyebabkan tekanan darah yang lebih tinggi dari hipertensi primer.

Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

  1. Penyakit ginjal
  2. Sleep apnea, yaitu gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur
  3. Kelainan jantung bawaan
  4. Gangguan hormon, seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme, dan akromegali
  5. Efek samping obat-obatan tertentu, seperti pil KB, steroid, OAINS, atau obat batuk pilek
  6. Penyalahgunaan NAPZA
  7. Kecanduan alkohol atau penggunaan jangka panjang
  8. Masalah pada kelenjar adrenal
  9. Tumor kelenjar adrenal
  10. Penyakit lupus.

Baca juga: 7 Cara Mengontrol Hipertensi, Selain dengan Obat

Faktor risiko

Dikutip dari Everyday Health, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko menderita tekanan darah tinggi atau hipertensi, seperti:

  1. Menderita penyakit kronis, seperti diabetes, sleep apnea, atau penyakit ginjal
  2. Bertambahnya usia, terutama di atas 65 tahun
  3. Memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi
  4. Mengonsumsi terlalu banyak makanan tinggi garam
  5. Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung kalium
  6. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  7. Jarang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga
  8. Memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman berlakohol
  9. Mengonsumsi pil KB (kontrasepsi oral)
  10. Mengalami stres
  11. Hamil
  12. Mengonsumsi obat-obatan jenis stimulan, seperti amfetamin dan kokain.

Diagnosis

Merangkum Medical News Today dan Healthline, dokter akan menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer untuk mengukur tekanan darah.

Hasil pengukuran tekanan darah diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:

  1. Normal: berada di bawah 120/80 mmHg
  2. Meningkat: tekanan sistolik berkisar antara 120 sampai 129 mmHg, sedangkan tekanan diastolik kurang dari 80 mmHg
  3. Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg sampai 139/89 mmHg
  4. Hipertensi tingkat 2: 140/90 mmHg atau lebih tinggi.

Baca juga: Cara Penerapan Diet Rendah Garam untuk Turunkan Hipertensi

Umumnya, dokter melakukan dua sampai tiga kali pembacaan tekanan darah pada tiga atau lebih pertemuan berbeda sebelum mendiagnosis penderita dengan hipertensi.

Hal ini disebabkan tekanan darah dapat bervariasi sepanjang hari sehingga dokter perlu melihat masalah lain yang mungkin memicu pada peningkatan tekanan darah.

Jika tekanan darah penderita tetap tinggi, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes penunjang untuk menyingkirkan kondisi lain yang mendasarinya, seperti:

  1. Tes urine, untuk mengukur kadar elektrolit dan hormon
  2. Tes darah, untuk mengukur kadar kolesterol
  3. Elektrokardiogram (EKG), untuk mengetahui, mengukur, dan merekam aktivitas listrik jantung
  4. USG jantung atau ekokardiografi (ECG), untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung menggunakan gelombang ultrasonik
  5. USG ginjal, untuk mengetahui kondisi ginjal

Perawatan

Menurut National Health Service, hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat.

Pada beberapa penderita mungkin memerlukan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi.

Namun, penggunaan obat antihipertensi disesuaikan dengan hasil pengukuran tekanan darah dan kemungkinan penderita terserang komplikasi, seperti serangan jantung atau stroke.

Berikut beberapa metode penanganan untuk mengobati hipertensi:

Baca juga: Benarkah Hipertensi Sebabkan Sakit Kepala?

  • Perubahan gaya hidup

Terdapat beberapa gaya hidup sehat yang dapat diterapkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, seperti:

  1. Mengurangi konsumsi garam menjadi sekitar satu sendok teh per hari
  2. Konsumsi makanan rendah lemak dengan gizi seimbang, yaitu mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur-sayuran
  3. Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga
  4. Hindari atau kurangi minuman beralkohol
  5. Turunkan berat badan jika mengalami obesitas atau memiliki berat badan berlebih dan jaga berat badan tetap ideal
  6. Batasi atau kurangi minuman berkafein, seperti kopi, teh, dan minuman bersoda
  7. Berhenti merokok jika memiliki kebiasaan merokok

Jika kemungkinan risiko komplikasi penderita cukup rendah, biasanya dokter akan menyarankan perubahan gaya hidup tanpa disertai konsumsi obat.

Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dapat menurunkan tekanan darah dalam beberapa minggu.

  • Obat-obatan

Pada sebagian kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat antihipertensi untuk seumur hidup.

Namun, dokter dapat mengurangi dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali selama beberapa tahun melalui perubahan gaya hidup.

Penting untuk mengonsumsi obat sesuai anjuran dan petunjuk dokter agar obat dapat bekerja dengan maksimal.

Baca juga: Bercinta Bagi Penderita Hipertensi, Bagaimana Baiknya?

Berikut beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk menangani hipertensi:

  1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, seperti enalapril, lisinopril, perindopril, dan ramipril
  2. Angiotensin-2 receptor blockers (ARB), seperti candesartan, irbesartan, losartan, valsartan, dan olmesartan
  3. Antagonis kalsium, seperti amlodipin, felodipin, dan nifedipin
  4. Diuretik, seperti indapamide dan bendroflumethiazide
  5. Penghambat beta atau beta-blockers, seperti atenolol dan bisoprolol

Komplikasi

Merangkum dari Everyday Health dan Hopkins Medicine, jika dibiarkan atau tidak mendapat pengobatan yang tepat, hipertensi dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Stroke
  • Masalah pada jantung, seperti serangan jantung dan gagal jantung
  • Masalah pada pembuluh arteri, seperti aneurisma
  • Kehilangan penglihatan akibat kerusakan mata
  • Masalah pada ginjal, seperti gagal ginjal
  • Demensia
  • Osteoporosis
  • Disfungsi seksual.

Pencegahan

Mengutip National Health Service, tekanan darah tinggi dapat dicegah dengan menghindari faktor yang dapat meningkatkan risiko terserang penyakit ini, seperti:

Baca juga: Hipertensi Pada Anak: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

  1. Batasi konsumsi garam dalam makanan, yakni tidak lebih dari satu sendok teh per hari
  2. Konsumsi makanan rendah lemak dan kaya serat, seperti gandum, buah, dan sayur-sayuran
  3. Hindari atau batasi minuman beralkohol
  4. Jaga berat badan tetap ideal dan sehat
  5. Aktif bergerak dan rutin berolahraga, seperti bersepeda atau jalan cepat selama dua jam setiap minggu
  6. Batasi konsumsi minuman berkafein, seperti teh, kopi, dan minuman bersoda
  7. Berhenti merokok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau