Anemia pernisiosa juga dapat mencegah penyerapan vitamin B12, bahkan jika seseorang mengonsumsi vitamin dalam jumlah yang cukup.
Ini adalah penyebab paling umum dari kekurangan vitamin B12 di seluruh dunia.
Baca juga: 9 Gejala Anemia pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai
Selama kehamilan, orang membutuhkan jumlah folat yang lebih tinggi, yang merupakan vitamin B yang larut dalam air, karena folat diperlukan untuk perkembangan janin.
Kekurangan folat dapat memengaruhi pertumbuhan normal dan pembelahan sel pada plasenta dan janin yang dapat menyebabkan kelainan kelahiran.
Jika seseorang tidak memiliki cukup folat sebelum dan selama kehamilan, bayinya mungkin bisa memiliki masalah parah dengan otak dan sumsum tulang belakang, yang disebut cacat tabung saraf.
Konsisi yang berisiko termasuk spina bifida - yang menyebabkan kelainan pada saraf, tulang belakang, atau keduanya - dan anencephaly, yang merupakan kondisi fatal ketika janin kehilangan bagian tengkorak dan otak.
Riset juga menunjukkan adanya hubungan antara defisiensi folat dan berat badan lahir rendah, serta kelahiran prematur.
Cacat tabung saraf terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan, biasanya sebelum seseorang mengetahui bahwa mereka hamil.
Karena ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyarankan agar orang mendapatkan 400 mikrogram asam folat setiap hari, selain mengonsumsi makanan dengan folat dari makanan yang bervariasi.
Baca juga: Mengenal Gejala Anemia saat Hamil
Kebutuhan zat besi seseorang meningkat secara signifikan selama kehamilan karena zat besi penting untuk:
Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia yang paling umum di antara orang hamil.
Peneliti memperkirakan bahwa lebih dari 40 persen orang di dunia mengalami anemia selama kehamilan.
Jika seseorang tidak menerima pengobatan, anemia defisiensi besi dapat memiliki efek yang signifikan pada kesehatan ibu dan janin.
Penelitian di atas juga menyoroti hubungan antara anemia defisiensi besi dan berikut ini: