Ini bisa menjadi jenis patah tulang tengkorak yang serius, dan melibatkan patah tulang di dasar tengkorak.
Anak-anak dengan jenis patah tulang ini sering mengalami memar di sekitar mata dan memar di belakang telinga.
Mereka mungkin juga memiliki cairan bening yang mengalir dari hidung atau telinga mereka karena robekan di bagian penutup otak.
Anak-anak ini terkadang memerlukan observasi ketat di rumah sakit.
Baca juga: Kenali Tahap Perkembangan Anak Usia 0-5 Tahun
Sebuah penelitian PLOS Medicine yang berbasis di Inggris, AS, dan Swedia, menganalisis data lebih dari 1 juta orang Swedia yang lahir antara 1973 hingga 1985 untuk memeriksa dampak jangka panjang dari cedera otak traumatis sebelum usia 25 tahun.
Profesor Seena Fazel dari Universitas Oxford mengatakan bahwa ia dan tim menemukan fakta jika cedera otak pada masa kanak-kanak meningkatkan kemungkinan pencapaian pendidikan rendah, kecacatan, dan kematian dini.
"Cedera otak yang lebih serius dan berulang membuat kondisi itu lebih mungkin terjadi," ujar Prof Fazel, seperti yang dilansir dari Science Daily.
Tim membandingkan orang-orang yang pernah mengalami cedera otak pada masa kanak-kanak dengan orang-orang yang tidak terpengaruh dalam kelompok usia yang sama, dan juga dengan saudara-saudara mereka yang tidak terluka.
Baca juga: 6 Penyebab Nyeri Punggung pada Anak
Orang yang pernah mengalami cedera otak ringan, sedang, atau berat selama masa kanak-kanak memiliki risiko:
Baca juga: Pemicu Obesitas dan Dampaknya Pada Anak, Orangtua Wajib Tahu
Orang yang pernah mengalami cedera otak ringan, sedang, atau berat yang berulang memiliki kemungkinan alami:
Prof Fazel mengatakan bahwa studinya menunjukkan efek jangka panjang dari cedera kepala.
"Ini memperkuat apa sudah kita ketahui bahwa pencegahan adalah kuncinya," ujar Prof Fazel.
"Karena data ini hanya mencakup rawat inap di rumah sakit untuk cedera kepala, dan oleh karena itu tidak memperhitungkan kecelakaan yang tidak terlalu parah yang dialami banyak anak yang tidak tercatat. Ini kemungkinan merupakan perkiraan konservatif dari skala masalah," terangnya.
Prof Fazel kemudian menyarankan para orangtua untuk meningkatkan perhatiannya untuk mencegah anak mengalami cedera kepala, seperti ketika anak melakukan aktivitas olahraga atau saat berada di luar rumah.
Baca juga: 7 Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Perlu Diwaspadai
Mengutip Medline Plus, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah cedera kepala anak, yaitu:
Anak Anda harus mengenakan sabuk pengaman atau booster seat setiap saat ketika mereka berada di dalam mobil atau kendaraan bermotor lainnya.
Helm membantu mencegah cedera kepala. Anak Anda harus memakai helm yang cocok untuk olahraga atau aktivitas berikut:
Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab GERD pada Bayi dan Anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.