Kondisi ini juga dapat diakibatkan oleh kerusakan otak pada insula atau amigdala.
Bagian otak ini dikenal karena perannya dalam keterampilan sosial, empati, dan emosi, dengan beberapa penelitian menghubungkan lesi insula dengan apatis dan kecemasan.
Gejala gangguan spektrum autisme sangat luas, tetapi masih ada beberapa stereotip yang terkait dengan kondisi ini.
Salah satu stereotip utama adalah kurangnya empati, sesuatu yang sebagian besar telah dibantah.
Baca juga: 6 Cara Mengelola Emosi di Tengah Kondisi yang Serba Tidak Pasti
Penelitian pada jurnal PubMed Central menunjukkan bahwa hingga setengah dari orang dengan autisme juga mengalami alexithymia.
Dengan kata lain, alexithymia yang menyebabkan kurangnya empati, dan bukan autisme itu sendiri.
Mungkin juga mengalami alexithymia dengan depresi.
Telah dicatat dalam depresi mayor dan gangguan post partum, serta skizofrenia.
Penelitian pada jurnal Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences menunjukkan bahwa antara 32 dan 51 persen orang dengan gangguan depresi juga memiliki alexithymia.
Selain itu, kondisi ini telah dicatat pada orang yang pernah mengalami trauma, terutama selama masa kanak-kanak.
Trauma dan penelantaran pada tahap ini dapat menyebabkan perubahan pada otak yang dapat membuat sulit untuk merasakan dan mengidentifikasi emosi di kemudian hari.
Penelitian pada jurnal “Alexithymia in Neurological Disease: A Review” juga menunjukkan bahwa kondisi ini mungkin ada pada penyakit dan cedera neurologis tertentu termasuk:
Baca juga: Cara Melatih Anak Mengatur Emosi, Orang Tua Perlu Tahu
Berdasarkan IMDB dan Goodreads, Alexithymia juga pernah beberapa kali disebut di dalam media lain seperti drama series dan buku novel, seperti: