KOMPAS.com - Perubahan iklim yang kian kentara beberapa waktu terakhir ternyata berdampak pada kesehatan manusia.
Kenaikan suhu, polusi udara, sampai beragam bencana alam akibat perubahan iklim dapat memengaruhi kesehatan kita secara signifikan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim bisa berdampak pada kesehatan karena memicu cuaca ekstrem.
Kondisi ini dapat memicu gelombang panas, musim hujan berkepanjangan, badai, banjir, sampai mengganggu ketersediaan pangan.
Baca juga: DBD Merebak Dampak Perubahan Iklim, Kok Bisa?
Selain itu, perubahan iklim secara tak langsung dapat memengaruhi mata pencaharian sampai akses kesehatan seseorang.
Berikut penjelasan lebih lanjut dampak perubahan iklim pada kesehatan yang perlu diwaspadai.
Perubahan iklim dapat menyebabkan beberapa dampak negatif terhadap kesehatan, di antaranya:
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, perubahan iklim di Indonesia bisa menyebabkan musim kemarau berkepanjangan.
Saat musim kemarau panjang, kelembapan udara relatif tinggi. Kondisi ini sangat ideal bagi bakteri, virus, jamur, dan parasit untuk berkembang biak.
Tak pelak, penyakit yang berhubungan dengan infeksi bakteri sampai infeksi jamur semakin marak.
Udara yang lebih hangat karena perubahan iklim juga bisa merangsang penyerbukan bunga.
Semakin banyak penyerbukan bunga terjadi, serbuk sari yang menguar ke udara juga semakin meningkat.
Kondisi ini bisa jadi penyebab alergi sering kambuh bagi orang yang sebelumnya punya riwayat serbuk sari.
Perubahan Iklim bisa membuat cuaca ekstrim yang sulit ditebak. Salah satu wilayah bisa hujanterus-menerus disertai angin kencang dan menyebabkan banjir.
Sementara itu, wilayah lainnya terjadi kemarau berkepanjangan sampai membuat sawah, ladang, dan sumber air mengering.
Peningkatkan suhu ekstrem disertai paparan sinar berlebihan tak jarang juga meningkatkan kejadian kulit terbakar matahari (sun burning).
Baca juga: 10 Virus Paling Mematikan di Dunia Sepanjang Sejarah Peradaban Manusia
Perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrim bisa menyebabkan peningkatan intensitas hujan disertai angin kencang dan banjir.
Kondisi ini bisa menyebabkan lingkungan jadi tempat ideal untuk nyamuk berkembang biak, termasuk nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD) dan malaria.
Dengan kondisi perubahan iklim ini, wabah penyakit malaria dan DBD semakin banyak.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli paru-paru. ISPA yang berkepanjangan dapat berkembang menjadi pneumonia.
Peningkatan suhu bumi secara global karena perubahan iklim dapat menyebabkan kebakaran semak dan hutan.
Kondisi ini dapat memicu bencana asap dan meningkatkan risiko penyakit ISPA sampai pneumonia.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Dilansir dari buku Dampak Perubahan Iklim Sektor Kesehatan Berbasis Bukti di Indonesia, perubahan iklim bisa membuat suhu rendah, kelembapan udara menurun, dan lebih berangin.
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan risiko penularan TBC.
Baca juga: 7 Penyakit Menular yang Rawan Menyerang di Musim Banjir
Diare adalah penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan infeksi bakteri, virus, dan parasit. Kebanyakan penyebab diare berasal dari infeksi rotavirus dan Escherichia coli.
Perubahan iklim yang berdampak pada banjir dan kekeringan sama-sama bisa menyebabkan diare.
Kebersihan lingkungan yang menurun dan minimnya ketersediaan air bersih saat banjir membuat orang lebih rentan terkena diare.
Sementara itu, kekeringan bisa menyebabkan kelangkaan air bersih dan membuat konsentrasi patogen atau kuman seperti biang diare meningkat.
Anak balita membutuhkan gizi yang memadai agar tumbuh kembangnya optimal.
Tanpa gizi cukup, balita bisa mengalami stunting, wasting, dan underweight.
Dampak perubahan iklim bisa memengaruhi kesehatan anak-anak secara tidak langsung.
Hal ini disebabkan mata pencaharian orangtua dan ketersediaan pangan terganggu bencana kekeringan atau banjir.
Ketika sumber mata pencaharian orangtua balita terganggu, praktis kualitas gizi anak-anak menurun.
Selain itu, tingginya kejadian penyakit menular seperti diare, malaria, atau DBD juga bisa membuat anak terkena penyakit ini. Dampaknya, anak balita rawan terkena stunting.
Baca juga: Antisipasi Pandemi Penyakit Zoonosis, G20 Perkuat Komitmen One Health
Dari sederet dampak perubahan iklim terhadap kesehatan di atas, terdapat beberapa kelompok rentan yang paling merasakan imbas kondisi ini, di antaranya
Dampak perubahan iklim tak hanya memengaruhi cuaca dan lingkungan saja. Bidang ekonomi, sosial, sampai kesehatan bisa merasakan efek masalah global ini.
Baca juga: Kenali Apa itu Virus Marburg, Asal Usul, Gejala, dan Penularannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.