KOMPAS.com – Mitos terkait tuberkulosis (TBC) yang masih dipercaya oleh sebagian besar masyarakat menjadi salah satu penyebab penyakit menular ini susah dikendalikan.
Bahkan, beberapa di antaranya memercayai bahwa penyakit yang disebabkan infeksi Mycobacterium tuberculosis tersebut merupakan kutukan atau hasil guna-guna.
Padahal, mitos-mitos tersebut tidak terbukti kebenarannya. Sekalipun dapat menimbulkan kematian dan berakibat fatal, TBC bisa disembuhkan secara total. Syaratnya, pasien harus menjalani pengobatan secara tuntas.
Berikut adalah enam langkah penting yang dapat dilakukan orang dengan TBC agar bisa sembuh secara total.
Salah satu upaya yang wajib dilakukan untuk mengobati TBC adalah mengonsumsi makanan sehat.
Untuk diketahui, orang dengan TBC umumnya mengalami penurunan nafsu makan, malabsorpsi nutrisi, dan perubahan metabolisme. Oleh karena itu, orang dengan TBC wajib memperhatikan asupan yang masuk ke dalam tubuh.
Pastikan asupan yang dikonsumsi kaya akan nutrisi, mulai dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, hingga mineral.
Selain itu, hindari mengonsumsi alkohol, soda, teh, kopi, dan garam yang berlebihan.
Langkah selanjutnya yang diperlukan untuk mengobati TBC adalah dengan memastikan sirkulasi udara dalam ruangan berjalan baik.
Untuk diketahui, sirkulasi udara dalam ruangan yang buruk merupakan salah satu faktor pendukung pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan artikel jurnal berjudul “Hubungan Tingkat Pencahayaan, Kelembapan Udara, dan Ventilasi udara dengan Faktor Risiko Kejadian TB Paru BTA Positif di Desa Jatikalang, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo”, 2019, rumah dengan ventilasi dan sirkulasi udara yang buruk mempunyai risiko 7,800 kali lebih besar untuk terpapar TBC ketimbang rumah yang memiliki sistem sirkulasi udara baik.
Adapun salah satu cara untuk memperlancar sirkulasi udara dalam rumah adalah dengan rutin membuka jendela saat pagi hari.
Umumnya, orang dengan TBC tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas berat lantaran fungsi paru-paru menurun. Hal ini membuat orang dengan TBC tidak lagi bisa menjalankan berbagai aktivitas dengan leluasa.
Meski begitu, hal tersebut tak berarti bahwa orang dengan TBC menghentikan aktivitas fisik sepenuhnya.
Adapun salah satu cara terbaik bagi orang dengan TBC untuk menjaga tubuh tetap fit adalah dengan melakukan olahraga ringan secara teratur.
Menurut hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Mind and Medical Science 2019, olahraga rutin dapat membantu mengembalikan fungsi paru-paru yang semula terganggu akibat TBC secara bertahap.
Selain itu, olahraga juga dapat membantu orang dengan TBC untuk terhindari dari berbagai penyakit lainnya.
Olahraga yang disarankan untuk orang dengan TBC adalah jalan santai atau yoga. Meski demikian, kegiatan ini tak dianjurkan bagi pasien yang mengalami TBC akut.
Sebelum berolahraga, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk menentukan jenis dan durasinya.
Agar bisa sembuh secara total, orang dengan TBC harus melakukan kontrol secara rutin ke dokter di fasilitas kesehatan (faskes).
Dokter akan mengecek progres pengobatan yang telah dilakukan oleh orang dengan TBC. Selain itu, dokter juga akan menentukan langkah-langkah medikasi yang tepat sesuai kondisi TBC yang dialami. Contohnya, menentukan dosis obat untuk dikonsumsi.
Biasanya, dokter akan menjadwalkan kontrol tiap bulan selama enam bulan pengobatan. Jangan khawatir, sekalipun harus rutin ke faskes, orang dengan TBC bisa mendapatkan pengobatan secara gratis dari pemerintah.
Pengobatan TBC membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni minimal enam bulan. Anda harus mengikuti proses tersebut hingga selesai bila ingin sembuh secara total dari TBC.
Sebagai contoh, orang dengan TBC wajib mengonsumsi antibiotik sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan oleh dokter.
Jika tidak mengikuti semua prosedur yang ditentukan secara teratur dan disiplin, hal tersebut malah dapat memperparah TBC yang dialami.
Selain itu, pengobatan yang tak teratur juga dapat menyebabkan Mycobacterium tuberculosis resistan terhadap antibiotik. Alhasil, bakteri tidak bisa dibunuh atau kebal.
Jika kondisi itu terjadi, dokter akan mengubah tindakan pengobatan, yakni dari obat yang diminum ke obat yang disuntik. Durasi pengobatan juga menjadi lebih lama.
Lantaran membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama, orang dengan TBC disarankan untuk memiliki pendamping menelan obat (PMO).
PMO punya peran penting karena dapat mengawasi kondisi dan pengobatan pasien. Utamanya, untuk disiplin dalam mengonsumsi obat sesuai jadwal yang diberikan.
Adapun PMO untuk orang dengan TBC lebih diutamakan dari orang terdekat pasien yang sudah diedukasi oleh dokter, seperti orangtua, saudara, dan anak. Biasanya, orang dengan TBC juga dapat dipantau oleh kader TBC secara online.
Orang dengan TBC dianjurkan memilih yang sudah berpengalaman atau mengetahui seluk-beluk penyakit TBC. Dengan begitu, pengobatan akan berjalan lebih maksimal.
Sebagai contoh, saat bersama orang dengan TBC, PMO harus mengetahui empat hal berikut, sebagaimana dilansir dari situs emc.id.
Pertama, disiplin menggunakan masker. Kedua, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Ketiga, menerapkan etika batuk saat batuk atau bersin. Keempat, tidak membuang dahak sembarangan.
Itulah enam langkah penting yang dapat dilakukan orang dengan TBC agar bisa sembuh secara total.
Untuk membantu menanggulangi TBC, masyarakat bisa memanfaatkan fitur digital yang disediakan oleh Stop TB Partnership Indonesia (STPI).
Adapun STPI tengah mengadakan kampanye komunikasi digital bertajuk “#141CekTBC – 14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!”.
Kampanye tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan kesadaran dan kepekaan masyarakat Indonesia terhadap gejala TBC, seperti batuk terus-menerus selama 14 hari.
Masyarakat yang mempunyai gejala tersebut pun dapat melakukan pengecekan secara online melalui situs web 141.stoptbindonesia.org atau tbindonesia.or.id.
Sebagai informasi laman tersebut merupakan bagian dari kampanye komunikasi digital #141CekTBC yang diinisiasi STPI.
Tak hanya menyajikan informasi seputar TBC, laman tersebut juga menyediakan fitur seperti Pengingat 141CekTBC. Lewat fitur tersebut, Anda akan dibantu untuk mengetahui jangka waktu dari gejala batuk yang dialami.
Jika gejala batuk yang dialami mencapai 14 hari atau lebih, Anda akan langsung mendapatkan peringatan untuk melakukan pengecekan langsung ke dokter.
Selain itu, ada juga fitur Chatbot 141CekTBC. Lewat fitur ini, Anda bisa melakukan skrining TBC secara mandiri dan mengetahui informasi lengkap soal gejala TBC sampai pengobatannya.
Fitur tersebut juga bisa menghubungkan Anda dengan dokter secara langsung melalui Halodoc dan komunitas peduli TBC terdekat.
Dengan fitur Chatbot 141CekTBC pula, Anda bisa mengetahui lokasi fasilitas kesehatan terdekat yang bisa didatangi untuk mendapat pemeriksaan.
Untuk fitur Chatbot 141CekTBC, Anda bisa mengaksesnya dengan menghubungi nomor Whatsapp +628119961141 atau mengunjungi situs web 141.stoptbindonesia.org dan stoptbindonesia.org.
Semua fitur tersebut diharapkan bisa membantu seluruh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesadaran akan gejala TBC.
Jika dicegah sejak dini, masyarakat Indonesia bisa mengurangi risiko bahaya dari TBC. Dengan demikian, taraf kehidupan masyarakat Indonesia juga diharapkan menjadi lebih baik.