KOMPAS.com - Kanker darah adalah salah satu jenis kanker yang kerap menyerang anak-anak.
Terdapat tiga jenis kanker darah, di antaranya leukemia, limfoma, dan myeloma. Namun, jenis yang paling diidap anak-anak adalah leukemia.
Dilansir dari American Cancer Society, penyebab kanker darah pada anak hingga kini belum diketahui secara pasti.
Tapi, faktor mutasi atau perubahan DNA di sel darah dan sel sumsum tulang penghasil sel darah bisa memicu penyakit ini.
Baca juga: 11 Gejala Kanker Darah yang Pantang Disepelekan
Mutasi DNA ini kemungkinan terjadi saat bayi baru dilahirkan, bahkan ada yang terjadi sebelum anak dilahirkan.
Sangat jarang ada kanker darah pada anak yang disebabkan faktor paparan radiasi, bahan kimia pemicu kanker, atau infeksi.
Kombinasi mutasi gen tertentu bersamaan beberapa faktor pemicu kanker di atas bisa memengaruhi sel kekebalan tubuh dan menyebabkan kanker darah pada anak.
Untuk meningkatkan kewaspadaan pada penyakit ini, kenali beberapa gejala kanker darah pada anak.
Baca juga: 9 Penyebab Kanker Darah dan Cara Mencegahnya
Ada beberapa tanda-tanda kanker darah pada anak yang perlu diwaspadai para orangtua, yakni:
Dilansir dari Healthline, anak-anak pengidap kanker darah rentan mengalami pendarahan seperti mimisan atau gusi berdarah.
Selain itu, terkadang di beberapa bagian tubuh juga muncul memar atau bintik-bintik merah kecil di kulit tanpa sebab jelas. Kondisi ini disebabkan pembuluh darah kecil mengalami pendarahan.
Kanker bisa membuat sel darah menumpuk di limpa, hati, dan ginjal, sehingga beberapa organ vital ini membengkak.
Kondisi ini tak hanya membuat perut bengkak, tapi juga sakit perut. Dalam keadaan seperti ini, anak biasanya juga jadi tidak nafsu makan karena perutnya tidak nyaman. Imbasnya, berat badan anak turut merosot.
Baca juga: 7 Gejala Kanker Darah Stadium Awal yang Perlu Diwaspadai
Sel darah yang menumpuk di sekitar kelenjar timus di pangkal leher bisa membuat sesak napas.
Selain itu, penyakit ini juga bisa membuat kelenjar getah bening di dada bengkak dan mendesak bagian tenggorokan. Akibatnya, penderita bisa sesak napas dan mengi.