Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahi Lalat Merah hingga Varises, 6 Perubahan pada Kulit Lansia

Kompas.com - 05/06/2022, 14:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kondisi kulit manusia akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia.

Kulit kita yang kencang dan mulus bisa berubah menjadi kasar, keriput, kendur karena pola makan, gaya hidup, dan lingkungan tempat tinggal.

Umumnya, penyakit dan perubahan kulit terjadi pada lansia.

Baca juga: 9 Penyebab Telinga Gatal, Bisa Infeksi sampai Penyakit Kulit

Berikut perubahan aneh yang bisa terjadi pada kulit seiring bertambahnya usia.

Flek hitam

Flek hitam atau age spots ditandai dengan bintik cokelat hingga hitam. Gejala utamanya berupa bercak gelap pada kulit.

Bukan hanya lansia, anak muda pun rentan memiliki flek hitam jika sering beraktivitas di bawah sinar matahari tanpa mengoles sunscreen atau tabir surya ke kulit.

Cherry angioma (tahi lalat merah)

Orang berusia 30 tahun ke atas sering mendapati bintik-bintik merah seperti tahi lalat, seiring bertambahnya umur.

Cherry angioma dapat tumbuh di mana saja, namun tidak perlu dihilangkan.

Meski begitu, jika tahi lalat merah terletak di daerah rentan gesekan, dokter biasanya merekomendasikan pengangkatan agar tidak terjadi pendarahan.

Metode pengangkatan tahi lalat merah bisa dengan prosedur pembakaran dengan arus listri (elektrokauterisasi), pembekuan dengan nitrogen cair (crysurgery), dan operasi laser.

Baca juga: 5 Cara Mengangkat Sel Kulit Mati di Wajah secara Aman

Aktinik keratosis

Seseorang dengan keratosis aktinik biasanya akan memiliki kondisi kulit yang kasar, menebal, dan bersisik.

Aktinik keratosis dialami oleh orang usia 40 tahun ke atas dan yang sering beraktivitas di bawah sinar matahari dalam waktu yang lama.

Selain karena penuaan, aktinik keratosis juga bisa muncul karena proses penghitaman kulit atau tanning.

Anda harus konsultasi ke dokter apabila timbul benjolan atau jaringan kulit baru di permukaan kulit yang terasa sakit dan mengeluarkan darah.

Aktinik keratosis yang parah juga dapat memicu kanker kulit sehingga dokter biasanya meresepkan krim, menghilangkan dengan operasi, hingga pembakaran.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau