KOMPAS.com - Air ketuban merupakan cairan bening dan terkadang berwarna kekuningan. Air ketuban ada di dalam rahim saat seorang wanita sedang hamil dengan fungsi utama yaitu melindungi janin.
Kondisi air ketuban di rahim dapat dicek oleh dokter kandungan atau bidan dengan USG (ultrasonography) atau pemeriksaan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi.
Air ketuban normalnya bervolume 60 ml saat kehamilan berusia 12 minggu atau 3 bulan. Kemudian, jumlah tersebut akan meningkat hingga usia kandungan 38 minggu.
Baca juga: Dampak pada Janin Jika Air Ketuban Kurang dari Normal
Rata-rata jumlah air ketuban yang normal pada usia kandungan 34-38 minggu ialah 400 ml-1,2 l.
Namun, pada beberapa kehamilan ada kondisi kehamilan dengan volume air ketuban tidak normal atau kurang.
Air ketuban dapat dikatakan kurang apabila volumenya di bawah 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu. Kondisi kekurangan cairan ketuban pada ibu hamil dalam bahasa medis disebut oligohidramnion.
Beberapa faktor berikut dapat menyebabkan volume air ketuban kurang dari batas normal.
Usia kehamilan terlalu lama merupakan kondisi saat kandungan sudah melewati 40 minggu atau cenderung berusia 42 minggu.
Kehamilan yang sudah melewati HPL atau hari perkiraan lahir membuat air ketuban berkurang karena penurunan efektivitas plasenta.
Baca juga: Apa Saja Fungsi Air Ketuban bagi Janin?
Dilansir dari BabyCenter, ibu yang memiliki satu atau lebih penyakit dapat memengaruhi kondisi ait ketuban.
Penyakit-penyakit seperti hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes, lupus, hingga preeklamsia adalah faktor risiko yang membuat air ketuban sedikit.
Selain itu, dehidrasi juga bisa memengaruhi jumlah cairan ketuban. Untuk itu para ibu hamil wajib menjaga dan meningkatkan asupan cairannya.
Masalah plasenta yang mengakibatkan menurunnya jumlah ketuban disebut sebagai abrupsi parsial.
Seorang ibu hamil yang mengalami abrupsi parsial, plasentanya terkelupas dari dinding rahim sebelum melahirkan.
Plasenta yang mengelupas dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi bagi janin, hingga membuatnya harus lahir prematur.
Selain berkurangnya cairan ketuban, kondisi ini juga mengakibatkan perdarahan vagina, nyeri, atau bahkan kram perut.
Abrupsi parsial disebabkan karena beberapa hal seperti:
Baca juga: Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Tanda, Penanganan, dan Cara Mencegah
Penggunaan obat-obatan golongan angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACE inhibitor) dapat mengurangi volume air ketuban.
Diketahui, obat-obatan tersebut biasanya digunakan dalam pengobatan hipertensi, gagal jantung, serta gagal ginjal kronis.
Mengandung anak kembar juga bisa menyebabkan tingkat cairan ketuban rendah. Kondisi ini dinamakan twin to twin transfusion syndrome (TTTS).
Biasanya satu bayi kekurangan air ketuban, sementara lainnya alami oligohidramnion.
Jika kadar cairan ketuban Anda rendah sejak trimester pertama atau kedua, itu bisa menandai bahwa bayi Anda memiliki cacat lahir.
Cacat lahir bisa saja berupa masalah ginjal atau saluran kemihnya bermasalah. Kondisi demikian menyebabkan bayi tidak menghasilkan cukup urin yang sebenarnya bisa menjaga volume air ketuban.
Melansir Medical News Today, air ketuban memiliki beragam kegunaan bagi janin yang berada di dalam kandungan, antara lain:
Baca juga: Kanker Serviks Selama Kehamilan Ancam Keselamatan Ibu dan Janin