Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Bersyukur Saya Pernah Diabetes

Kompas.com - 17/08/2022, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Begitu banyak jenis neurotransmitter yang telah ditemukan tetap bermuara pada satu neurotransmitter asetil kolin. Namun yang belum dapat dijelaskan mengapa respons setiap neuron yang menghasilkan neurotransmitter bisa berbeda.

Yang bisa dipastikan dari perbedaan tersebut adalah pengaruh gen. Perbedaan respons tersebut dipengaruhi oleh gen ekstrakromosom.

Gen ini yang akan mentranskripsi jenis protein neurotransmitter yang dibentuk. Diduga gen ekstra kromosom ini pula yang membentuk pola perilaku individu.

Pada kasus diabetes, ada kecenderungan diabetes terjadi pada garis keluarga yang sama. Sehingga disebutkan kejadian diabetes melitus juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Artinya juga dipengaruhi oleh gen ekstra kromosom.

Gen ekstra kromosom inilah yang akan membentuk pola perilaku seseorang. Perilaku yang mengarahkannya untuk mengalami diabetes melitus. Juga perilaku tubuh untuk lebih mudah terjadi glukoneogenesis berlebih.

Untungnya proses glukoneogenesis selalu disertai oleh proses autofagi. Sehingga kondisi diabetes dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelainan pada gen ekstra kromosom.

Dengan memanfaatkan proses autofagi pada diabetes, maka diabetes dapat disembuhkan. Bahkan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan kelainan genetik juga dapat disembuhkan. Juga penyakit kanker yang merupakan kelainan mutasi gen ekstra kromosom.

Lebih menarik lagi pada kajian memetika. Bahkan kita dapat menentukan pola perilaku kita sendiri setelah pola perilaku lama dihancurkan melalui proses selektif autofagi.

Kita membangun ulang pola perilaku kita. Servo mekanis yang membuat seseorang sulit move on dari suatu masalah. Servo mekanis yang lebih sesuai dengan kondisi aktual.

Meski diabetes melitus awalnya dianggap sebagai penyakit katastropik, ternyata memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Berbagai pola respons tubuh, berbagai pola perilaku ternyata berhubungan dengan gen ekstra kromosom. Semuanya bisa dirombak, bisa dibentuk ulang menjadi lebih baik. Lebih adaptif dengan kondisi lingkungan.

Semuanya mungkin dengan memahami diabetes bukan sebagai akibat kekurangan insulin. Diabetes terjadi akibat proses glukoneogenesis berlebih.

Glukoneogenesis dipengaruhi oleh glukagon yang juga memengaruhi proses autofagi. Proses autofagi yang dikenal sebagai mekanisme regenerasi sel.

Jadi saat sahabat didiagnosa menderita diabetes melitus, jangan sedih. Justru itu adalah kesempatan untuk berubah secara radikal menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Baik secara fisik maupun kepribadian. Lebih adaptif dengan kondisi aktual lingkungan

Ini telah saya buktikan sendiri. Mulai tahun 2020 saya mulai meninggalkan semua bentuk pengobatan konserbatif. Alasannya karena semakin lama semakin banyak keluhan yang dirasakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com