Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

G20 Soroti Pentingnya Respons Cepat 100 Hari untuk Hadapi Pandemi

Kompas.com - 23/08/2022, 22:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Forum G20 bidang kesehatan menyoroti pentingnya respons kesehatan global yang cepat dalam waktu 100 hari untuk menghadapi pandemi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, berkaca dari pandemi Covid-19, respons yang cepat dalam waktu maksimal 100 hari sangat penting untuk memutus mata rantai penularan wabah biang pandemi.

Namun, hal itu membutuhkan kerja sama pengembangan diagnostik, terapi, dan vaksin yang aman dan efektif di tingkat global.

Baca juga: 5 Anggota G20 Prakarsai Pusat Pembuatan Vaksin, Terapi, dan Diagnostik

“Ini hanya dapat dicapai jika semua negara, baik negara berpenghasilan tinggi, menengah, maupun rendah, memiliki kapasitas untuk memproduksi atau memiliki akses yang sama terhadap vaksin, terapi, dan diagnostik,” kata Budi, di forum 3rd Health Working Group (HWG) G20 di Bali, Senin (22/8/2022).

Selain kerja sama manufaktur kesehatan, Budi juga menyebut pentingnya kerja sama penelitian melalui jaringan ilmuwan global di bidang kedaruratan kesehatan masyarakat.

Para ahli lintas disiplin dan negara tersebut bisa berkolaborasi untuk percepatan pengendalian wabah, pengumpulkan patogen yang muncul dan menyebar secara eksponensial, serta berbagi pengetahuan upaya mitigasi.

Kolaborasi yang penting untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons menghadapi pandemi ini membutuhkan peningkatan kapasitas dan kemitraan ilmiah.

“Dengan demikian, sangat penting untuk membangun dan memperkuat jaringan kolaboratif ilmuwan di bidang yang terkait dengan kedaruratan kesehatan masyarakat,” kata Budi.

Baca juga: Dirjen WHO: Dana Berkelanjutan G20, Langkah Nyata Bekal Hadapi Pandemi

Chair 3rd Health Working Group G20 Rizka Andalusia juga menekankan pentingnya 100 hari awal tanggap darurat bantuan saat terjadi krisis kesehatan global di masa depan.

"100 hari awal tanggap darurat ini meliputi kebutuhan-kebutuhan untuk menghindari duplikasi pekerjaan melalui koordinasi yang efektif," kata Rizka, saat konferensi pers 3rd HWG di Bali, Selasa (23/8/2022), seperti dilansir dari Antara.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes ini turut menyampaikan, G20 bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara berpendapatan rendah perlu mendorong perluasan pusat manufaktur dan penelitian global di bidang kesehatan untuk mengantisipasi pandemi di masa depan.

Menurut Rizka, sektor swasta juga memiliki peran penting untuk berinvestasi dan memfasilitasi transfer teknologi kesehatan.

Pertemuan 3rd Health Working Group di Bali menghasilkan dua kesepakatan, yakni memperkuat regulasi untuk mendukung pengembangan pusat manufaktur kesehatan global serta penguatan penelitian multi-regional dalam menghadapi pandemi di masa depan.

Hasil diskusi 3rd HWG bakal dibahas dan ditindaklanuti di forum pertemuan kedua para menteri kesehatan anggota G20 (2nd Health Ministery Meeting) pada 27-28 Oktober 2022.

Baca juga: 3 Isu Kesehatan Utama yang Diusung G20

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau