Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Racun dalam Makanan yang Bisa Sebabkan Penyakit Mematikan

Kompas.com - 27/08/2022, 16:31 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Minyak trans buatan ini banyak terkandung pada margarin, makanan ringan, krimer, serta makanan panggang kemasan.

Terkait kandungan senyawa ini, penelitian telah mengaitkan konsumsi lemak trans dengan risiko penyakit jantung, peradangan, kolesterol buruk (LDL) yang lebih tinggi, dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).

 

3. Hidrokarbon aromatik polisiklik

Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dianggap sebagai polutan lingkungan. Mereka muncul dari pembakaran bahan organik, tetapi juga ditemukan dalam makanan

Saat daging dipanggang atau diasap pada suhu tinggi, lemak menetes ke permukaan memasak yang panas, menghasilkan PAH yang mudah menguap yang dapat meresap ke dalam daging.

Meskipun daging merah pernah dianggap sebagai makanan yang mengandung PAH besar, ayam dan ikan bakar ternyata mengandung kadar yang sama.

Beberapa penelitian membuktikkan bahwa PAH beracun dan dapat meningkatkan risiko kanker payudara, ginjal, usus besar, dan prostat.

Baca juga: 9 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Sistem Pencernaan

 

4. Kumarin pada kayu manis

Kumarin adalah senyawa beracun yang ditemukan pada cinnamon atau kayu manis.

Pada dosis tinggi, kumarin disebut meningkatkan risiko kanker dan kerusakan hati. Terlebih, bagi mereka yang mengonsumsi kayu manis bersamaan dengan konsumsi obat parasetamol, acetaminophen, dan statin.

Kita hanya disarankan mengonsumsi kayu manis dengan jumlah kumarin 0,01 per kilogramnya. Perlu diketahui, satu sendok teh kayu manis (2,5 gram) dapat terkandung 18 miligram kumarin.

Oleh sebab itu, salah satu cara untuk menghindari bahaya kumarin adalah membatasi konsumsi kayu manis. Anda sebaiknya jangan terlalu sering memberi taburan kayu manis pada makanan atau minuman yang sudah disajikan.

 

5. Gula tambahan

Gula tambahan atau pemanis buatan pada makanan atau minuman sering disebut sebagai 'kalori kosong'. Namun, rupanya gula tambahan punya efek yang lebih berbahaya dari gula asli.

Gula alami tinggi fruktosa yang terdapat di dalam gula dapur jika dikonsumsi berlebihan diketahui akan menyebabkan obesitas, diabetes tipe 2, hingga kanker.

Lantas, bagaimana dengan gula tambahan atau pemanis buatan? Selain menyebabkan diabetes, gula tambahan juga mengakibatkan pelepasan hormon dopamin yang berlebihan.

Pelepasan hormon dopamin yang terlalu banyak di otak terbukti dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami skizofrenia.

Baca juga: Bahaya Kemasan Plastik BPA Makanan dan Minuman, IDI Beri 5 Rekomendasi

 

6. Merkuri pada ikan

Merkuri adalah jenis logam beracun yang datang dari berbagai bentuk di lingkungan. Keracunan merkuri mengacu pada toksisitas dari konsumsi atau menghirup merkuri.

Penyebab paling umum dari keracunan merkuri adalah terlalu banyak konsumsi makanan yang terpapar, seperti seafood. Makanan laut yang paling banyak mengandung merkuri adalah ikan hiu, tuna, mackarel.

Beberapa makanan laut atau seafood tersebut memiliki kandungan merkuri karena tercemar limbah dari pabrik atau rumah tangga yang dibuang ke sungai dan mengalir ke laut.

Mengutip Medical News Today, merkuri yang terkandung pada makanan laut dapat mempengaruhi kerja sistem saraf. Hal itu dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:

  • kegugupan atau gangguan cemas
  • perubahan suasana hati
  • mati rasa
  • penurunan daya ingat
  • depresi
  • lemah otot
  • gangguan pernapasan
  • mati rasa di bagian tangan, wajah, atau area tubuh lain.

Baca juga: 6 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kinerja Otak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com