KOMPAS.com - Beberapa makanan ternyata mengandung senyawa beracun yang bisa sebabkan gangguan kesehatan.
Makanan atau minuman yang kita santap mungkin memberi rasa nikmat di mulut dan membuat perut terisi. Sayangnya, sebagian orang cenderung abai akan zat yang terkandung pada makanan tersebut.
Mereka mungkin hanya berpikir bahwa makanan mengandung nutrisi yang dapat menjadi sumber tenaga bagi tubuh. Padahal, tidak semua kandungan pada makanan aman bagi tubuh manusia.
Baca juga: Benarkah Memanaskan Ulang Sayur Bayam Menjadikannya Racun?
Makanan atau minuman dalam kemasan, makanan berpemanis buatan, hingga menu bakaran rupanya mengandung racun yang mengakibatkan seseorang berisiko terkena penyakit mematikan.
Berikut 6 racun pada makanan yang perlu Anda waspadai.
Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang biasa ditemukan dalam wadah plastik dari banyak makanan dan minuman. Selain plastik, BPA juga terkandung pada kaleng logam, misalnya untuk ikan atau buah kaleng.
Perlu Anda ketahui, sebuah penelitian menunjukkan bahwa BPA dapat mengontaminasi makanan atau minuman di dalamnya.
BPA yang masuk ke dalam tubuh diyakini meniru estrogen dengan mengikat ke situs reseptor dan mengganggu fungsi hormon endokrin.
Penelitian pada hewan hamil menunjukkan bahwa paparan BPA menyebabkan masalah terkait reproduksi serta meningkatkan risiko penyakit mematikan, seperti kanker payudara dan prostat untuk janin yang sedang berkembang.
Kendati begitu, belum ada penelitian terhadap manusia terkait BPA yang dapat sebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Dilansir dari Healthline, beberapa studi observasional juga menemukan bahwa kadar BPA yang tinggi bisa menyebabkan resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan obesitas.
Untungnya, saat ini sebagian besar wadah berbahan plastik atau kaleng sudah bebas BPA (BPA free). Namun, ada baiknya untuk menghindari tempat makan yang terbuat dari plastik serta air minum dalam kemasan.
Gunakanlah alat makan dan minum pribadi yang terbuat dari kaca dan stainless steel, sebagai pengganti plastik.
Baca juga: Benarkah Sayur Bayam Bisa Jadi Racun Jika Tak Segera Dimakan?
Lemak trans adalah salah satu jenis lemak jenuh yang ditemukan dalam jumlah kecil pada daging sapi, kambing, susu, atau keju.
Namun, saat ini banyak ditemui minyak trans buatan yang dibuat dengan cara menambahkan hidrogen pada minyak tak jenuh, seperti minyak sayur.
Minyak trans buatan ini banyak terkandung pada margarin, makanan ringan, krimer, serta makanan panggang kemasan.
Terkait kandungan senyawa ini, penelitian telah mengaitkan konsumsi lemak trans dengan risiko penyakit jantung, peradangan, kolesterol buruk (LDL) yang lebih tinggi, dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).
Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dianggap sebagai polutan lingkungan. Mereka muncul dari pembakaran bahan organik, tetapi juga ditemukan dalam makanan
Saat daging dipanggang atau diasap pada suhu tinggi, lemak menetes ke permukaan memasak yang panas, menghasilkan PAH yang mudah menguap yang dapat meresap ke dalam daging.
Meskipun daging merah pernah dianggap sebagai makanan yang mengandung PAH besar, ayam dan ikan bakar ternyata mengandung kadar yang sama.
Beberapa penelitian membuktikkan bahwa PAH beracun dan dapat meningkatkan risiko kanker payudara, ginjal, usus besar, dan prostat.
Baca juga: 9 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kesehatan Sistem Pencernaan
Kumarin adalah senyawa beracun yang ditemukan pada cinnamon atau kayu manis.
Pada dosis tinggi, kumarin disebut meningkatkan risiko kanker dan kerusakan hati. Terlebih, bagi mereka yang mengonsumsi kayu manis bersamaan dengan konsumsi obat parasetamol, acetaminophen, dan statin.
Kita hanya disarankan mengonsumsi kayu manis dengan jumlah kumarin 0,01 per kilogramnya. Perlu diketahui, satu sendok teh kayu manis (2,5 gram) dapat terkandung 18 miligram kumarin.
Oleh sebab itu, salah satu cara untuk menghindari bahaya kumarin adalah membatasi konsumsi kayu manis. Anda sebaiknya jangan terlalu sering memberi taburan kayu manis pada makanan atau minuman yang sudah disajikan.
Gula tambahan atau pemanis buatan pada makanan atau minuman sering disebut sebagai 'kalori kosong'. Namun, rupanya gula tambahan punya efek yang lebih berbahaya dari gula asli.
Gula alami tinggi fruktosa yang terdapat di dalam gula dapur jika dikonsumsi berlebihan diketahui akan menyebabkan obesitas, diabetes tipe 2, hingga kanker.
Lantas, bagaimana dengan gula tambahan atau pemanis buatan? Selain menyebabkan diabetes, gula tambahan juga mengakibatkan pelepasan hormon dopamin yang berlebihan.
Pelepasan hormon dopamin yang terlalu banyak di otak terbukti dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami skizofrenia.
Baca juga: Bahaya Kemasan Plastik BPA Makanan dan Minuman, IDI Beri 5 Rekomendasi
Merkuri adalah jenis logam beracun yang datang dari berbagai bentuk di lingkungan. Keracunan merkuri mengacu pada toksisitas dari konsumsi atau menghirup merkuri.
Penyebab paling umum dari keracunan merkuri adalah terlalu banyak konsumsi makanan yang terpapar, seperti seafood. Makanan laut yang paling banyak mengandung merkuri adalah ikan hiu, tuna, mackarel.
Beberapa makanan laut atau seafood tersebut memiliki kandungan merkuri karena tercemar limbah dari pabrik atau rumah tangga yang dibuang ke sungai dan mengalir ke laut.
Mengutip Medical News Today, merkuri yang terkandung pada makanan laut dapat mempengaruhi kerja sistem saraf. Hal itu dapat menyebabkan gejala-gejala berikut:
Baca juga: 6 Makanan yang Dapat Meningkatkan Kinerja Otak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.