Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sunardi Siswodiharjo
Food Engineer dan Praktisi Kebugaran

Food engineer; R&D manager–multinational food corporation (2009 – 2019); Pemerhati masalah nutrisi dan kesehatan.

Tes Keseimbangan sebagai Prediktor Resiko Kematian

Kompas.com - 23/09/2022, 14:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Partisipan dalam riset ini sebanyak 1.702 orang dengan rentang usia 51–75 tahun, dengan usia rata-rata 61 tahun. Penelitian dilakukan selama 12 tahun, dari 2008 hingga 2020.

Peserta dikelompokkan ke dalam dua bagian besar berdasarkan hasil tes keseimbangan 10s OLS, dengan meminta peserta untuk berdiri dengan satu kaki selama 10 detik tanpa memegang apapun untuk menopang.

Kelompok pertama yang lulus melakukan tes keseimbangan 10s OLS disebut kelompok YA, kelompok kedua yang gagal melalui tes tersebut disebut kelompok TIDAK.

Ketidakmampuan peserta untuk lulus tes keseimbangan meningkat seiring bertambahnya usia, sementara mereka yang memiliki masalah berat badan atau diabetes juga lebih cenderung gagal.

Korelasi tes keseimbangan dengan harapan hidup

Penelitian dihentikan pada saat peserta meninggal atau pada akhir periode penelitian tahun 2020. Secara keseluruhan, sebanyak 20,4 persen individu diklasifikasikan sebagai kelompok TIDAK.

Selama rata-rata tindak lanjut selama tujuh tahun, sebanyak 7,2 persen partisipan meninggal, dengan rincian 4,6 persen dari kelompok YA dan sebanyak 17,5 dari kelompok TIDAK dari hasil tes keseimbangan 10s OLS.

Proporsi kematian adalah 3,8 kali lebih tinggi di antara kelompok TIDAK dibandingkan dengan kelompok YA. Penelitian akhir studi ini mempertimbangkan usia, jenis kelamin, BMI, riwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

Riset itu menyimpulkan bahwa risiko kematian dalam rentang 10 tahun adalah 1,84 kali lipat lebih tinggi pada peserta yang gagal dalam tes keseimbangan dibandingkan mereka yang lulus tes.

Namun tetap saja tes keseimbangan ini mempunyai keterbatasan karena penelitian ini bersifat studi observasional sehingga kesimpulan tidak dapat menentukan penyebabnya. Artinya penelitian bersifat korelasi dan bukan sebab akibat (kausalitas).

Selain itu, karena peserta semuanya adalah orang kulit putih Brasil, temuan ini mungkin tidak berlaku lebih luas untuk etnis dan negara lain, artinya tidak bisa dilakukan over generalisation terhadap hasil penelitian.

Dalam keterbatasan variabel yang tidak terkontrol seperti riwayat jatuh dan aktivitas fisik baru-baru ini, kemampuan untuk berhasil menyelesaikan OLS 10 detik secara independen terkait dengan semua penyebab kematian.

Kemampuan tes juga menambahkan informasi prognostik yang relevan di luar usia, jenis kelamin dan beberapa variabel antropometrik dan klinis lainnya. Oleh karena itu, terdapat manfaat potensial untuk memasukkan tes keseimbangan 10s OLS sebagai bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada orang dewasa paruh baya dan lebih tua.

Meskipun tes keseimbangan 10s OLS maupun tes kebugaran berupa Sitting-Rising Test (SRT) dirancang untuk memprediksi resiko kematian individu usia 50 tahun ke atas, namun kegagalan pada kedua tes tersebut pada usia yang lebih muda sebaiknya tetap dijadikan alarm, tanda bahaya berupa sinyal, bahwa ada yang “tidak beres” dengan kebugaran secara keseluruhan baik kebugaran muskuloskeletal maupun kebugaran aerobik .

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau