Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Panduan Versus Pemahaman Dalam Pelayanan Kedokteran

Kompas.com - 05/10/2022, 11:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEMENJAK pandemi Covid-19, dunia kesehatan seolah terbagi dua. Meski pada dasarnya sama percaya adanya pandemi Covid-19, namun tidak sepakat dengan penanganannya. Ada yang setuju dengan vaksinasi, ada yang tidak.

Di samping itu memang ada juga yang tidak percaya dengan adanya pandemi. Mereka berpendapat bahwa itu hanya rekayasa berita. Mereka berasumsi hal ini merupakan salah satu bentuk teori konspirasi. Pendapat ini sangat populer di dunia maya.

Sebagai tenaga medis tentu saja tidak boleh berpegang pada informasi spekulatif. Meski belum bisa mengabaikan informasi tersebut karena tidak ada yang membantahnya.

Baca juga: Svante Paabo Raih Nobel Kedokteran 2022, Ini Temuannya

Apalagi sejak buku The Secret History of the World karangan Jonathan Black diterbitkan. Versi terjemahan dalam bahasa Indonesia buku itu berjudul Rahasia Dunia Yang Disembunyikan. Buku tersebut merupakan best seller internasional. Kecurigaan atas aktivitas perkumpulan rahasia semakin menjadi.

Tenaga medis tentu harus berpegang pada informasi berupa teori-teori yang diajarkan semasa kuliah. Mengabaikan keberadaan penyakit yang disebabkan virus sama saja dengan menolak kebenaran teori yang diajarkan semasa kuliah.

Dokter telah disumpah untuk memberikan pelayanan berdasarkan ilmu pengetahuan. Lalu, jika seperti itu, mengapa anda menolak diabetes sebagai penyakit. Bukankah itu teori yang diajarkan dibangku kuliah? Salah seorang sejawat balik bertanya pada saya.

Tentu saja pertanyaan itu saya bantah. Apa yang saya kemukakan semuanya berdasarkan teori-teori kedokteran yang telah mapan. Referensi yang saya gunakan selalu ada dalam katalog jurnal ilmiah.

Perkara orang lain tidak melihat apa yang saya lihat, itu hal lain. Karena metode yang saya gunakan sudah lama dikenal dalam dunia penelitian ilmiah. Metode ini disebut meta analisa, menggabungkan data berbagai penelitian dan melihat hubungan dari berbagai penelitian tersebut.

Umumnya metode ini menggunakan berbagai aplikasi komputer karena berkaitan dengan angka. Namun pada data kualitatif hal itu sulit dilakukan.

Namun peran katalog jurnal jadi sangat berarti. Dengan mengumpulkan berbagai kata kunci yang tepat dapat diperoleh sebuah kesimpulan dari kumpulan informasi tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+