Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Imunitas Bukan Satu-satunya Solusi Menanggulangi Infeksi

Kompas.com - 11/10/2022, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Istilah ini digunakan saat ditemukan adanya gambaran radiologis pada penderita Covid-19.

Temuan ini juga disertai dengan peningkatan temuan tanda-tanda peradangan akut pada pemeriksaan darah. Beberapa indikator peradangan seperti hitung jenis, jumlah leukosit dan lain-lain meningkat. Sehingga ditafsirkan kondisi badai sitokin.

Secara medis kondisi ini tentu sangat luar biasa. Hal ini menimbulkan implikasi yang luas.

Sitokin adalah salah satu mediator peradangan yang memiliki fungsi yang berbeda dengan mediator peradangan lain. Fungsi utama sitokin adalah sebagai sistem informasi, sinyal adanya kerusakan sel. Dengan sinyal tersebut, tubuh merespons dengan berbagai cara.

Namun kesan yang timbul dari istilah badai sitokin adalah kerusakan atau perubahan jaringan. Khususnya, pada sel parenkim paru.

Padahal bukan itu fungsi sitokin. Respons jaringan lokal biasanya diberikan oleh mediator peradangan lain. Seperti histamin atau prostaglandin.

Namun jika benar, maka hal itu menimbulkan konsekuensi dampak yang tidak hanya dirasakan saat itu tapi juga di masa depan. Jika sitokin direspons sedemikian rupa oleh sel-sel imun, artinya telah terjadi kesalahan identifikasi.

Hal ini biasa disebut penyakit autoimun. Ini adalah memori sel imun yang akan segera menyerang sel tubuh sendiri saat jumlahnya meningkat.

Bisa disebut telah terjadi 'perang saudara' di dalam tubuh. Karena telah terjadi kesalahan informasi tentang siapa musuh sebenarnya yang harus dilawan.

Kondisi ini juga bisa merupakan indikasi awal bakal terjadinya kanker. Kanker ini merupakan upaya pertahanan diri dari sel-sel yang diserang. Hal ini merupakan respons adaptif dasar mahluk hidup. Mahluk hidup hingga tingkatan sel memiliki naluri untuk mempertahankan diri.

Respons adaptif dibentuk saat terjadi stimulus lingkungan yang mengancam integritas sel. Meski respons tersebut tidak mengubah fisik sel. Namun respons tersebut mengubah sifat sel tersebut menjadi lebih agresif.

Ini yang tidak dipahami dalam pendukung penguatan sistem imun. Seolah sistem imun adalah segalanya dalam menanggulangi infeksi.

Perdebatan kelompok antivaksin dengan kelompok provaksin juga menyangkut hal ini. Yang satu mengandalkan kekebalan alami, sedang yang lain bicara tentang inate imunity.

Dalam konsep autofagi justru sistem imunitas tidak diperkuat. Dalam konsep autofagi sistem imunitas justru dirombak. Dalam konsep autofagi sistem imunitas diperbaharui agar lebih adaptif dengan stimulus baru.

Sistem imunitas lama harus dirombak. Sistem imunitas ini, di dalam sel akan berbentuk sebagai susunan gen ekstrakromosomal.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau