Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Leptospirosis: Penyebab, Gejala, hingga Pencegahan

Kompas.com - 27/10/2022, 17:04 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Setelah COVID-19, cacar monyet (monkeypox), dan gagal ginjal akut, kini muncul kasus leptospirosis yang memicu kekhawatiran.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis, yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia, terutama anjing, hewan pengerat, dan hewan ternak.

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi leptosirosis melalui:

  1. kontak langsung dengan kencing (urine) atau cairan reproduksi dari hewan yang terinfeksi.
  2. kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
  3. terkena air atau tanah yang terkontaminasi oleh kencing (urine) hewan di area hidung, mulut, mata, atau luka di kulit.
  4. menyantap makanan atau minum air yang terkontaminasi bakteri Leptospira

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kadar Trigliserida Tinggi?

Gejala leptospirosis

Gejala leptospirosis biasanya mulai terlihat setelah 2 minggu terinfeksi. Namun, dalam beberapa kasus, gejala baru muncul setelah satu bulan atau tidak sama sekali.

Leptospirosis ditunjukkan dengan gejala seperti flu, termasuk demam hingga 40 derajat celcius. Dalam kondisi akut, leptospirosis ditandai dengan gejala yang muncul tiba-tiba, seperti:

  1. demam tinggi
  2. mata merah
  3. sakit kepala
  4. panas dingin
  5. nyeri otot
  6. sakit perut
  7. mual dan muntah
  8. diare
  9. kulit atau mata kuning
  10. ruam

Jika dibiarkan, dalam 3-10 hari leptospirosis akan berkembang menjadi Sindrom Weil  yang bisa memicu kematian. Berikut gejala-gejala parah leptospirosis:

  1. batuk berdarah (hemoptisis)
  2. sakit dada
  3. kesulitan bernapas
  4. kulit dan mata menguning
  5. tinja berwarna hitam
  6. penurunan volume urine atau jarang buang air kecil
  7. muncul bintik-bintik merah datar pada kulit seperti ruam (petechiae)

Beberapa gejala leptospirosis mirip dengan penyakit lain, termasuk selesma dan meningitis. Oleh sebab itu, kita perlu melakukan tes pemeriksaan.

Dilansir dari WebMD, dokter melakukan tes darah sederhana dan memeriksa antibodi dalam darah untuk mendeteksi leptospirosis.

Jika Anda menunjukkan tanda-tanda leptospirosis parah, dokter mungkin merekomendasikan rontgen dada, CT scan, hingga tes DNA.

Baca juga: 7 Penyebab Gagal Ginjal pada Anak, Bisa Kelainan Bawaan sampai Infeksi

Pengobatan leptospirosis

Untuk kasus ringan, leptospirosis dapat diobati dengan antibiotik, termasuk penisilin, amoksisilin, ampisilin, dan doksisiklin. Dokter kemungkinan juga meresepkan ibuprofen untuk meredakan demam dan nyeri otot.

Sementara itu, leptospirosis parah yang menyebabkan kerusakan organ, diobati dengan plasmaferesis atau pertukaran plasma.

Prosedur ini dilakukan dengan mengeluarkan darah menggunakan tabung yang terpasang pada vena.

 

Cara mencegah leptospirosis

Dikenal sebagai penyakit yang masuk dalam kelompok zoonosis, leptospirosis dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:

  1. Menghindari hewan yang bisa terkena atau menjadi perantara leptospirosis
  2. Mengenakan pakaian dan sepatu pelindung jika bekerja di pertanian, peternakan, atau sekitar hewan
  3. Menggunakan sarung tangan dan sepatu jika harus bersentuhan dengan air atau tanah yang mungkin terkontaminasi bakteri.
  4. Hindari berenang di danau atau sungai setelah banjir
  5. Hanya konsumsi air yang diolah. Jangan minum air danau atau sungai tanpa direbus terlebih dahulu.

Baca juga: Macam-macam Komplikasi Gagal Ginjal Akut, Pantang Diabaikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Menurut Dokter Ini Tanda Stres Sudah Butuh Bantuan Ahli
Health
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Waspada Covid-19, Jemaah Haji Diimbau Terapkan Prokes Saat Tiba di Indonesia
Health
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Apakah Stres Berbahaya? Ini Penjelasan Dokter…
Health
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Ibu Hamil Usia Anak di Lombok Timur Capai 779 Ribu pada 2024
Health
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Wabah Mpox Melonjak di Sierra Leone: Status Darurat Kesehatan Global Ditetapkan
Health
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Waspadai Efek Minum Air Putih Secara Berlebihan pada Ginjal, Ini Kata Dokter
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Beberapa Penyebab Jatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Gustiwiw Meninggal Dunia, Ini Pertolongan Pertama Saat Terjatuh di Kamar Mandi
Health
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Gustiwiw Meninggal Dunia Akibat Jatuh di Kamar Mandi, Ini 6 Cara Mencegah Kejadian Serupa
Health
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Jamur Hitam di Rumah Bisa Picu Masalah Pernapasan Serius, Ini Faktanya
Health
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
WCTC 2025 dan Paradoks Pengendalian Tembakau di Indonesia
Health
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Terlalu Banyak Minum Air Bisa Rusak Ginjal, Ini Kata Dokter...
Health
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Olahraga Rutin Sejak Muda Turunkan Risiko Tekanan Darah Tinggi di Usia 60 Tahun
Health
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Kemenkes Sebut Banyak Perempuan Indonesia Alami Obesitas Sentral, Apa Itu?
Health
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Dari Cek Kesehatan Gratis Ditemukan 50 Persen Perempuan Alami Obesitas Sentral
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau