KOMPAS.com - Sel-sel kanker dapat tumbuh di paru-paru secara tak terkendali sehingga menyebabkan seseorang didiagnosis menderita kanker paru-paru.
Seseorang yang didiagnosis mengalami kanker paru-paru, umumnya akan merasakan gejala-gejala terkait gangguan pernapasan seperti:
Selain gangguan pernapasan di atas, orang yang menderita kanker paru-paru juga merasakan beberapa keluhan lain, seperti pembengkakan kelenjar getah bening, hilang napsu makan, hingga penurunan berat badan.
Baca juga: 6 Cara Alami Mengatasi Rasa Sakit Akibat Kanker Paru-paru
Bicara mengenai kanker paru-paru dan agar lebih waspada akan kesehatan sistem pernapasan, ada baiknya kita mengetahui mitos-mitos tentang risiko yang meningkatkan seseorang berpeluang terkena penyakit ini.
Kebiasaan merokok selama bertahun-tahun yang dilakukan pria atau wanita sering dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker paru-paru.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa mereka akan sia-sia jika berhenti merokok, karena residu dari rokok sudah menumpuk di paru-paru mereka.
Faktanya, berhenti merokok dapat memberi manfaat yang cepat. Orang yang berhenti merokok akan memiliki suplai udara yang bersih sehingga paru-paru dapat bekerja lebih optimal.
Hal itu seiring waktu akan menurunkan risiko kanker paru-paru. Sepuluh tahun setelah berhenti merokok bahkan membuat seseorang terhindar dari 50 persen risiko kematian akibat kanker paru-paru.
Beberapa orang tidak langsung memutuskan berhenti merokok, melainkan memilih rokok dengan kandungan tar yang lebih rendah.
Mereka berpikir rokok rendah tar seperti rokok elektrik, rokok mild, atau rokok herbal, atau rokok mentol lebih aman bagi paru-paru dan organ tubuh lainnya.
Faktanya, semua rokok sama-sama memicu risiko kanker paru-paru. Orang juga harus mewaspadai rokok mentol yang lebih sulit dihindari.
Sensasi dingin rokok mentol membuat seseorang merasa tenggorokannya lebih segar, sehingga terdorong untuk menghisap dalam-dalam dan membiarkannya di paru-paru sebelum diembuskan kembali.
Baca juga: 12 Makanan untuk Penderita Kanker Paru-paru Melawan Penyakit
Orang yang tidak bisa menghentikan kebiasaan merokok mungkin mencari alternatif untuk mencegah risiko yang ditimbulkan rokok, salah satunya dengan konsumsi suplemen antioksidan.
Faktanya, perokok tetap memiliki risiko kanker paru-paru yang tinggi meski sudah konsumsi suplemen antioksidan.
Jadi, Anda lebih dianjurkan untuk berhenti merokok dan bila ingin mendapat tambahan asupan antioksidan, pilihlah dari sumber alami yaitu buah dan sayurana.
Cerutu dan pipa memang membuat bibir atau mulut seseorang tidak langsung bersentuhan dengan tembakau atau bahan-bahan rokok lainnya.
Namun, cerutu dan pipa tidak mencegah seseorang terkena kanker paru-paru. Sama seperti rokok, keduanya meningkatkan risiko kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, dan paru-paru.
Rokok memang menjadi penyebab utama peningkatan risiko kanker paru-paru. Namun, ada faktor risiko lain yang perlu Anda ketahui yaitu radon.
Dilansir dari WebMD, radon adalah gas radioaktif tidak berbau dan tidak berwarna. Radon terbentuk dari peluruhan radioaktif alam 226Ra dalam bahan bangunan dan dapat masuk secara gradual ke dalam udara ruangan melalui pori-pori bahan bangunan.
Bahaya radiasi interna gas radon adalah masuk kedalam tubuh melalui sistem pernapasan dan di dalam paru-paru dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sel (sel kanker).
Baca juga: Gejala Kanker Paru-paru Stadium Akhir
Sebagian orang mewaspadai penggunaan bedak tabur (talc) karena diduga dapat menyebabkan kanker paru-paru ketika terhirup.
Faktanya, penelitian mengungkapkan bahwa bedak tabur tidak memicu risiko kanker paru-paru. Namun, penggunaan bedak talc berlebihan dapat menyebabkan gangguan pernapasan pada beberapa orang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.