KOMPAS.com - Memiliki anak berusia remaja mungkin membuat banyak orangtua merasa kebingungan.
Beberapa anak biasanya mengalami perubahan karakter saat remaja. Ada yang tiba-tiba pendiam atau sebaliknya.
Terkadang, saat anak berubah jadi pendiam atau tampak sedih, orangtua juga sering menganggapnya sebagai bagian normal dari masa pertumbuhan.
Padahal, hal tersebut juga bisa menjadi tanda depresi. Depresi sering kali tidak terdiagnosis — sebagian karena orang tua mungkin kesulitan membedakan kemurungan remaja yang normal dari masalah yang lebih serius.
Baca juga: Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dikonsumsi Setelah Olahraga
Meskipun gejala khas depresi, seperti kesedihan atau keputusasaan, mudah dikenali, ada gejala yang mungkin kurang terlihat.
Menurut psikolog pediatrik Ethan Benore, hal yang normal bagi remaja untuk menyendiri atau sedikit menjadu dari orangtua mereka.
Hal ini terjadi karena mereka mengembangkan rasa kemandirian dan mengembangkan lebih banyak ketergantungan pada hubungan sosial.
Di sisi lain, anak remaja juga sangat sensitif ketika mereka dinasehati oleh orangtua mereka.
Remaja sudah memiliki banyak hal yang harus dihadapi, mulai dari tugas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler hingga tekanan dari orang tua, teman, guru, dan pelatih — semuanya saat otak dan tubuh mereka masih berkembang.
Meskipun remaja sering terlihat dan bertindak seperti orang dewasa muda, korteks prefrontal mereka (bagian otak yang mengatur emosi) tidak akan berkembang sepenuhnya hingga usia 20-an.
“Saat ini, mereka memiliki kemampuan untuk membangkitkan emosi, tetapi belum tentu mampu mengatur dan memantau emosi tersebut,” kata Benore.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.