KOMPAS.com - Memiliki anak berusia remaja mungkin membuat banyak orangtua merasa kebingungan.
Beberapa anak biasanya mengalami perubahan karakter saat remaja. Ada yang tiba-tiba pendiam atau sebaliknya.
Terkadang, saat anak berubah jadi pendiam atau tampak sedih, orangtua juga sering menganggapnya sebagai bagian normal dari masa pertumbuhan.
Padahal, hal tersebut juga bisa menjadi tanda depresi. Depresi sering kali tidak terdiagnosis — sebagian karena orang tua mungkin kesulitan membedakan kemurungan remaja yang normal dari masalah yang lebih serius.
Baca juga: Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dikonsumsi Setelah Olahraga
Menurut psikolog pediatrik Ethan Benore, hal yang normal bagi remaja untuk menyendiri atau sedikit menjadu dari orangtua mereka.
Hal ini terjadi karena mereka mengembangkan rasa kemandirian dan mengembangkan lebih banyak ketergantungan pada hubungan sosial.
Di sisi lain, anak remaja juga sangat sensitif ketika mereka dinasehati oleh orangtua mereka.
Remaja sudah memiliki banyak hal yang harus dihadapi, mulai dari tugas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler hingga tekanan dari orang tua, teman, guru, dan pelatih — semuanya saat otak dan tubuh mereka masih berkembang.
Meskipun remaja sering terlihat dan bertindak seperti orang dewasa muda, korteks prefrontal mereka (bagian otak yang mengatur emosi) tidak akan berkembang sepenuhnya hingga usia 20-an.
“Saat ini, mereka memiliki kemampuan untuk membangkitkan emosi, tetapi belum tentu mampu mengatur dan memantau emosi tersebut,” kata Benore.
Selain itu, lonjakan beberapa hormon di usia mereka juga membuat anak-anak sulit memodulasi perubahan emosional yang mereka alami.
Dengan kata lain, anak remaja Anda mungkin sedang stres dan sedikit sedih — dan itu mungkin sangat normal. Tapi terkadang, itu bisa menjadi gejala dari sesuatu yang lebih.
Dalam sebuah studi di tahun 2021, peneliti menemukan bahwa depresi di kalangan remaja semakin meningkat.
Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) menemukan bahwa lebih dari empat dari 10 remaja merasa terus-menerus sedih atau putus asa, dan 1 dari 5 remaja telah berpikir untuk bunuh diri.
Sebagai antisipasi, berikut tanda depresi pada remaja yang harus Anda perhatikan:
Baca juga: Mengetahui Waktu Terbaik untuk Melakukan Tes Kehamilan
Orangtua juga harus waspada ketika sang anak secara eksplisit membicarakan perihal bunuh diri, seperti "Seandainya saya tidak ada disini".
Saat anak menunjukan tanda tersebut, sebaiknya orangtua mengajak anak untuk berbicara secara terbuka.
Selain itu, cobalah untuk berkonsultasi ke profesional atau ke dokter anak.
Dokter anak Anda terlatih untuk membantu mengidentifikasi depresi pada anak-anak dan remaja.
Pedoman American Academy of Pediatrics (AAP) mendorong dokter anak untuk melakukan pemeriksaan depresi untuk anak usia 12 tahun ke atas.
Skrining rutin untuk depresi membantu dokter anak mengidentifikasi remaja yang berjuang dan mungkin memerlukan perawatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.