KOMPAS.com - Tengkes atau stunting adalah salah permasalahan gizi yang menjadi sorotan, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia.
Berbagai pusat layanan kesehatan dan seluruh lapisan masyarakat diajak untuk mendukung upaya penurunan stunting di Indonesia.
Sebelum mengenali beberapa upaya tersebut, ada baiknya Anda mengenali dulu apa itu stunting dan prevalensinya di Indonesia berikut ini.
Direktur Utama RSCM Dr. dr Lies Dina Liastuti, Sp.JP(K), MARS., FIHA menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita atau bayi di bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
“Kekurangan gizi itu bisa terjadi bukan saja pada saat bayi lahir, tetapi sejak di dalam kandungan atau pada masa awal bayi lahir," jelas Lies, dalam media briefing bersama Fresenius Kabi Indonesia, yang digelar secara daring, Senin (20/2/2023).
Menurut Lies, anak yang mengalami stunting baru akan kentara atau kelihatan setelah usianya menginjak dua tahun.
Untuk itu, Lies mengingatkan pentingnya deteksi dini stunting demi memantau tumbuh kembang bayi, bahkan sejak di dalam kandungan.
Penanganan tengkes tidak hanya berfokus pada pengobatan seorang anak saja karena tujuannya lebih luas, yaitu untuk mendukung kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa.
Stunting tidak hanya akan memengaruhi pertumbuhan fisik anak, namun juga perkembangan intelektual dan memicu munculnya penyakit kronis.
Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 adalah sebesar 24,4 persen.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.