Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Urgensi dan Tantangan Kepemimpinan Kesehatan di Indonesia

Kompas.com - 08/03/2023, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Belum lagi, setelah lulus S1, calon dokter juga perlu menempuh pendidikan lanjutan. Jenjang pendidikan yang lama serta biaya yang di atas rata-rata bisa mengurungkan niat para calon dokter brilian yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Baca juga: Kepemimpinan Kasual, seperti Apa Urgensinya di Masa Sulit?

Persebaran dokter juga belum merata. Mengutip data dari Katadata tahun 2020, dari 130 ribu dokter, sebanyak 71 ribu masih berpusat di pulau Jawa. Sisanya tersebar di pulau Sumatera (26.193), Sulawesi (9.495), Bali & Nusa Tenggara (7.034), Kalimantan (7.022), dan Maluku & Papua (2.661).

Melihat data ini, perlu adanya mekanisme pemerataan dokter di setiap pulau, sehingga masyarakat yang tidak bisa dijangkau mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.

Selain masalah terbatasnya dokter, kondisi kesehatan mental para tenaga kesehatan perlu kita soroti. Di masa pandemi (tahun 2020), 83 persen tenaga kesehatan mengalami burnout.

Kita menyadari bahwa ketika seseorang mengalami burnout, itu menjadi pertanda untuk lebih memperhatikan apa yang terjadi di dalam mental kita. Apakah fenomena ini dapat terulang?

Meskipun kondisi dunia membaik selepas pandemi, tetapi kita tidak bisa pungkiri bahwa kita membutuhkan banyak tenaga kesehatan.

Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, dari 270 juta penduduk Indonesia, hanya 0,21 persen yang menjadi tenaga kesehatan. Sebagian besar tenaga kesehatan pun terdiri dari perawat yang jumlahnya mencapai 511.191 orang dari 2.287.142 menurut data BPS tahun 2021.

Tak hanya itu, masih cukup banyak rakyat Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Jokowi. Presiden mengatakan. “Berdasarkan data sebanyak 2 juta masyarakat Indonesia masih melakukan pengobatan di luar negeri di banding negeri sendiri.”

Presiden Jokowi juga mengemukakan, konsekuensi dari fenomena ini membuat Indonesia kehilangan Rp 165 triliun. Fenomena ini adalah masalah yang serius yang harus ditangani kepemimpinan di dunia kesehatan.

Preferensi rakyat Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri mengindikasikan ada yang salah dengan dunia kesehatan kita, khususnya rumah sakit. Penyebab masalah ini perlu dideteksi agar pemimpin bisa merumuskan langkah yang tepat untuk menyelesaikan fenomena ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com