KOMPAS.com - Ada sejumlah komplikasi kesehatan yang dapat terjadi, jika penyakit sifilis tidak diobati.
Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih rendah untuk mengobati sifilis yang diderita.
Dalam keterangan Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril pada Senin (8/5/2023), pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien.
Baca juga: Kenali Apa Itu Sifilis, Penyebab, dan Tanda-tandanya
Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
Rendahnya tingkat pengobatan sifilis terkait adanya stigma dan rasa malu.
"Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis," beber dr. Syahril.
Baca juga: 4 Tahap Infeksi Sifilis dan Tanda-tandanya
Dikutip dari Mayo Clinic, komplikasi sifilis dapat memengaruhi seluruh tubuh dari semua penderitanya, wanita maupun pria.
Jika pasien wanita dalam kondisi hamil, bayi dalam kandungannya berisiko tinggi cacat lahir.
Dalam artikel ini akan mengulas lebih lanjut tentang komplikasi sifilis yang sangat penting untuk dihindari.
Baca juga: 4 Faktor Risiko Penyebab Sifilis yang Perlu Diwaspadai
Dikutip dari Mayo Clinic, berikut macam komplikasi sifilis yang berpotensi terjadi:
Gumma adalah benjolan kecil seperti tumor yang dapat berkembang di kulit, tulang, hati, atau organ tubuh lain.
Komplikasi ini bisa berkembang setelah penderitanya masuk dalam tahap sifilis tersier.
Gumma biasanya bisa dihilangkan dengan melakukan pengobatan dengan antibiotik.
Sifilis dapat menyebabkan sejumlah masalah pada sistem saraf, seperti:
Baca juga: Waspada Sifilis, Kenali Gejala dan Cara Mencegahnya
Ini mungkin termasuk penonjolan dan pembengkakan aorta (arteri utama tubuh) dan pembuluh darah lainnya.