KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyarankan agar vaksin Covid-19 ke depan hanya menargetkan varian XBB.
Untuk diketahui, vaksin Covid-19 yang digunakan saat ini memakai virus yang dilemahkan, rekombinan atau sub-unit protein virus, zat dengan struktur mirip virus, sampai messenger ribo-nukleat acid (MRNA) di dalam sel virus Covid-19 varian asli SARS-CoV-2.
Baca juga: 3 Alasan WHO Cabut Status Darurat Kesehatan Global Covid-19
Sebagai informasi, beberapa pembuat kebijakan kesehatan di beberapa negara sebelumnya mendesak ahli untuk membuat vaksin Covid-19 yang sedikitnya mengandung dua varian virus SAR-CoV-2, untuk mengantisipasi mutasi virus corona ini di masa mendatang.
Para ahli tersebut melihat influenza sebagai model, yakni suntikan vaksin flu yang menargetkan empat jenis virus flu sekaligus, untuk melindungi orang dari penyakit menular ini.
Akan tetapi, Penasehat Teknis WHO merekomendasikan komposisi vaksin Covid-19 berikutnya berbasis varian XBB termasuk XBB.1.5, tapi sebaiknya tidak mengandung lebih dari satu varian Covid-19.
“Saran tersebut tidak mengikat, tapi bisa digunakan sebagai dasar untuk pembuatan kebijakan kesehatan di negara masing-masing,” imbau WHO, seperti dilansir dari Time (18/5/2023).
Baca juga: Kenali Varian Baru Covid-19 Arcturus, Asal-usul, dan Gejalanya
WHO memiliki pertimbangan khusus menyarankan ahli untuk membuat vaksin Covid-19 berbasis varian XBB saja.
“Turunan atau mutasi Covid-19 terbaru tak jauh berbeda dari XBB. Jika ada formulasi platform lain yang tidak mampu diantisipasi turunan XBB, baru (varian lain) bisa dipertimbangkan,” jelas WHO.
Sebagai tambahan informasi, AS adalah salah satu negara yang sudah menggunakan vaksin Covid-19 penguat (booster) berbasis SARS-CoV-2 asli dan dua varian Omicron yakni BA.4 dan BA.5.
Dari hasil penelitian, suntikan dengan vaksin Covid-19 tersebut masih bermanfaat melindungi orang dari infeksi Covid-19 parah, rawat inat, dan kematian.
Baca juga: WHO Cabut Status Kedaruratan Covid-19, Apa Pandemi Masih Berlanjut?
Tapi, vaksin tersebut masih memiliki celah, kurang efektif dalam menghambat infeksi, karena antibodi yang dihasilkan cenderung berkurang dalam hitungan bulan.
Sebagai solusinya, seseorang perlu melakukan suntik booster vaksin Covid-19 secara berkala, namun hanya dengan varian yang paling banyak beredar atau menyebabkan infeksi.
Apabila ada beberapa jenis varian yang digunakan dalam vaksin Covid-19 ke depan, para ahli WHO khawatir efektivitas vaksin justru bisa menurun.
Rekomendasi WHO untuk vaksin Covid-19 baru kemungkinan bakal jadi pertimbangan di forum pertemuan ahli vaksin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA), pada Juni 2023.
Agenda pertemuan tersebut salah satunya membahas jenis varian virus Covid-19 mana yang bakal digunakan untuk vaksin Covid-19 berikutnya.
Sementara pengembangan vaksin Covid-19 terus bergulir, para pakar kesehatan tetap menyarankan agar orang segera mendapatkan vaksin Covid-19 dan penguatan (booster) sesuai anjuran, terutama untuk kalangan lansia dan orang dengan sistem daya tahan tubuh lemah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya