KOMPAS.com - Memiliki buah hati yang menderita autisme memang membutuhkan kelapangan hati dan kesabaran yang tinggi.
Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh perbedaan di otak.
Biasanya, autisme terjadi karena kondisi genetik. Orang yang mengalami autisme biasanya memiliki perilaku, cara berkomunikasi, berinteraksi, dan belajar yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya.
Penderita autisme seringkali memiliki masalah dengan komunikasi dan interaksi sosial.
Mereka juga seringkali memiliki minat yang terbtas dan perliku berulang. Hal ini seringkali membuat mereka sulit melakukan aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Identik Sebagai Penyakit Orang Tua, Bisakah Anak-Anak Alami Asam Urat?
Orang yang terdiagnosis autis bukan berarti mereka memiliki penyakit. Hanya saja, otak orang tersebut memiliki cara kerja yang berbeda dari orang kebanyakan.
Dengan kata lain, autisme bukanlah kondisi medis yang membutuhkan perawatan atau penyembuhan.
Jadi, autisme tidak bisa disembuhkan dengan obat. Jika seseorang terdiagnosis autisme, maka kondisi tersebut akan terjadi seumur hidup.
Akan tetapi, orang dengan autisme tetap bisa hidup normal layaknya orang lainnya.
Yang mereka butuhkan hanyalah dukungan untuk melakukan aktivitas tertentu.
Satu-satunya cara untuk mengatasi autisme adalah dengan terapi suportif.
Terapi tersebut berguna untuk membantu anak berkomunikasi lebih baik, meminimalisir kecemasan dalam lingkungan sosial, dan mengurangi perilaku yang menantang.
Biasanya, terapi ini ditawarkan hingga anak berusia tiga tahun. Terapi bisa berupa terapi wicara, perilaku, dan okupasi.
Penderita autisme terkadang juga membutuhkan terapi tambahan, seperti pemberian vitamin, dan perubahan pola makan.
Saat anak memasuki usia sekolah, mereka bisa mendapatkan pendidikan khusus untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, perilaku, sosialisasi, dan perawatan diri.
Terapi tersebut dapat meningkatkan peluang anak dengan autisme untuk dapat bersekolah dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan biasa.
Penderita autis juga seringkali memiliki kondisi lain seperti ADHD, disleksia, depresi, dan epilepsi.
Jika hal itu terjadi, orangtua bisa bekerjasama dengan psikiater untuk mempertimbangankan penggunaan obat khusus.
Baca juga: Agar Bebas Penyakit, Berikut Cara Aman Konsumsi Daging Kurban
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.