Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Anak-anak Mengalami Kolesterol Tinggi? Berikut Faktanya...

Kompas.com - 01/07/2023, 19:07 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

KOMPAS.com - Kolesterol tinggi adalah penyakit yang identik dengan orang berusia tua.

Namun, tahukah Anda bahwa anak-anak juga bisa mengalami kolesterol tinggi?

Kolesterol adalah zat berlemak dalam tubuh yang berperan penting untuk membran sel dan hormon.

Kolesterol sendiri ada beberapa jenis, yakni low density lipoprotein (LDL) atau yang dikenal dengan kolesterol jahat, dan high density lipoproteins (HDL) yang dikenal dengan kolesterol baik, dan trigliserida.

Nah, seseorang bisa dikatakan mengalami kolesterol tinggi ketika kadar LDL dan trigliserida dalam darahnya menumpuk di dalam darah.

Tingkat LDL yang tinggi dapat menumpuk di dinding pembuluh darah, menciptakan plak, yang dapat menyebabkan risiko kesehatan di masa depan seperti penyakit jantung.

Baca juga: Identik Sebagai Penyakit Orang Tua, Bisakah Anak-Anak Alami Asam Urat?

Apa penyebab kolesterol tinggi pada anak-anak?

Anak-anak bisa dikatakan mengalami kolesterol tinggi ketika kadar kolestrol total di tubuhnya lebih dari 200 mg/dl.

Secara khusus, kadar LDL atau trigliserida lebih besar dari 130 Mmg/dl atau kadar HDL kurang dari 40 mg/dl.

Kolesterol tinggi pada anak-anak bisa berasal dari faktor genetik, obesitas, dan pola makan.

Ahli endokrin anak Nivedita Patni mengatakan bahwa penyebab utama kolesterol tinggi pada anak adalah obesitas.

Lebih dari 43 persen anak obesitas memiliki kolesterol tinggi. Anak-anak yang menderita diabetes, penyakit ginjal atau hati, atau hipotiroidisme juga berisiko terkena kolesterol tinggi.

Meskipun beberapa faktor keturunan mungkin sulit dikendalikan, mengetahui riwayat keluarga Anda adalah penting.

Anda juga dapat membantu menjaga kolesterol anak Anda tetap terkendali dengan memastikan mereka makan sehat dan rutin berolahraga.

Bagaimana mengatasinya?

Cara terbaik untuk mengobati kolesterol pada anak adalah dengan mengatur pola makan mereka dan memastikan anak rutin berolahraga.

Jika perubahan pola makan dan olahraga tidak memberikan efek yang diinginkan, pengobatan dapat dipertimbangkan untuk anak di atas delapan tahun.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau