Posisi yang tidak ideal bisa membuat si kecil mengalami cedera atau komplikasi saat lahir yang memengaruhi kondisi fisiknya saat beranjak besar.
Beberapa obat-obatan yang diminum ibu selama masa kehamilan dapat menyebabkan bayi mengalami kelainan bawaan seperti palastoskisis.
Gangguan atau kelainan pada kelenjar endokrin bisa menyebabkan bayi lahir dengan ukuran besar.
Kondisi tersebut bisa memicu si kecil mengalami obesitas di kemudian hari, distosia bahu yang menyebabkan bayi mengalai patah tulang selangka hingga cedera saraf.
Baca juga: Dampak Buruk Anak Tidak Dapat Pendidikan Seks Sejak Dini
Paparan sinar radiasi menyebabkan si kecil mengalami kelainan, seperti mikrosefali, spina bifida, hingga kelainan jantung.
Infeksi seperti toksoplasma dan rubella bisa menyebabkan kelainan pada janin, termasuk katarak, bisu tuli, hingga kelainan jantung bawaan.
Perbedaan golongan darah antara ibu dan bayinya bisa mengakibatkan terbentuknya antibodi terhadap sel darah merah janin.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan sel darah merah atau disebut hemolisis, sehingga bayi yang baru lahir mengalami anemia.
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
Tekanan psikologi yang dialami ibu saat hamil bisa mengganggu pertumbuhan janin.
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Selain itu, komplikasi seperti BBLR atau bayi dengan berat badan lahir rendah bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan si kecil di kemudian hari.
Baca juga: 6 Penyebab Obesitas pada Anak dan Cara Mencegahnya
Berikut faktor pasca-persalinan yang memengaruhi tumbuh kembang anak:
Anak membutuhkan asupan makanan bergizi dan adekuat agar bisa bertumbuh dan berkembang secara optimal.
Penyakit kronis seperti tuberkolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan tumbuh kembang anak terhambat.