KOMPAS.com - Impotensi adalah salah satu gangguan seksual yang menyerang pria.
Impotensi bisa membuat seorang pria tidak bisa mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat saat berhubungan seks.
Tak hanya mempengaruhi kehidupan seksual, impotensi juga bisa mempengaruhi kepercayaan diri pria dan menyebabkan masalah dalam rumah tangga.
Dalam laman NHS, disebutkan bahwa impotensi bisa terjadi karena stres, kelelahan, atau terlalu banyak minum alkohol.
Selain itu, impotensi juga bisa terjadi akibat efek samping obat tertentu dan beberapa masalah kesehatan, seperti berikut:
Baca juga: Bisakah Penis Kembali Disambung saat Terpotong? Begini Faktanya...
Dalam banyak kasus, impotensi masih bisa disembuhkan. Riset dalam Journal of Sexual Medicine menyebutkan bahwa tingkat remisi impotensi mencapai 29 persen setelah lima tahun.
Sebagai informasi, tingkat remisi adalah istilah yang digunakan saat suatu penyakit tidak menunjukan tanda-tanda akan muncul kembali setelah proses evaluasi dan pengobatan.
Meski beberapa kasus impotensi tidak bisa disembuhkan, masih ada pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejalanya.
Secara garis besar, ada dua jenis impotensi yang bisa terjadi pada pria.
Pertama adalah impotensi primer yang terjadi saat pria tidak pernah mampu atau mempertahankan ereksi. Namun, kondisi ini jarang terjadi.
Kedua adalah impotensi sekunder yang terjadi pria yang perna memiliki fungsi ereksi teratur.
Nah, impotensi sekunder ini biasanya hanya bersifat sementara dan masih bisa disembuhkan. Namun, untuk impotensi primer memerlukan perawatan lebih intensif dan berbasis medis.
Impotensi biasanya dapat diobati dengan pengobatan atau pembedahan. Namun, impotensi juga bisa diatasi dengan menghilangkan penyebab yang mendasarinya.
Melansir dari Medical News Today, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengatasi impotensi, yakni:
Perawatan jangka pendek membantu mencapai atau mempertahankan ereksi tetapi tidak mengatasi penyebab impotensi.