Ginjal bocor menyebabkan penderitanya memiliki risiko 3,4 kali lipat lebih tinggi terkena tromboemboli vena.
Tromboemboli vena adalah kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah vena.
Ketika kadar protein albumin dalam darah Anda turun, hati Anda memproduksi lebih banyak albumin.
Pada saat yang sama, hati Anda melepaskan lebih banyak kolesterol dan trigliserida.
Baca juga: Tanda-tanda Gagal Ginjal Kronis yang Perlu Diwaspadai
Peningkatan risiko penyakit kardiovaskular terjadi pada pasien ginjal bocor karena hiperlipidemia (ketidakseimbangan kolesterol dalam darah) dan peningkatan trombogenesis (gumpalan darah).
Ini juga bisa terjadi karena disfungsi endotel atau tidak berfungsi tonus pembuluh darah dengan benar.
Disfungsi endotel merupakan proses awal terjadinya berbagai masalah kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Syok hipovolemik adalah kondisi hilangnya cairan intravaskuler karena menurunnya aliran darah balik ke jantung.
Faktor risiko syok hipovolemik termasuk penurunan kadar albumin yang parah, diuretik dosis tinggi, dan pasien yang mengalami gejala muntah.
Komplikasi ginjal bocor ini nantinya bisa memicu takikardia, kondisi denyut jantung di atas normal.
Baca juga: 11 Tanda-tanda Awal Penyakit Ginjal yang Harus Diwaspadai
Anemia ringan kadang-kadang ditemukan pada pasien dengan sindrom nefrotik.
Anemia bisa terjadi pada penderita ginjal bocor karena tubuh tidak memiliki cukup sel darah sehat untuk membawa oksigen ke organ tubuh.
Gagal ginjal akut merupakan komplikasi ginjal bocor yang jarang terjadi, tetapi mengkhawatirkan.
Ini terjadi karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring darah, sehingga produk limbah dapat menumpuk dengan cepat di dalam darah.
Jika ini terjadi, pasien mungkin memerlukan dialisis darurat, alat buatan untuk membuang cairan dan limbah ekstra dari darah Anda.
Baca juga: Tanda-tanda Gagal Ginjal Akut yang Perlu Diketahui