KOMPAS.com - Penelitian membuktikan bahwa efek Covid-19 dapat meningkatkan risiko seseorang terkena guillain barre syndrome atau GBS.
Untuk diketahui, sindrom guillain barre adalah kondisi langka yang membuat sistem kekebalan tubuh keliru menyerang saraf tepi.
Sindrom ini dapat memengaruhi saraf yang mengontrol pergerakan otot; serta saraf yang mengendalikan nyeri, suhu, dan sentuhan.
Akibatnya, penderita bisa mengalami lemas otot, mati rasa atau hilang sensasi pada kaki, lengan, serta gangguan menelan dan bernapas.
Baca juga: Sindrom Guillain-Barre
Penelitian yang dipublikasikan oleh American Academy of Neurology di jurnal Neurology, Rabu (17/10/2023), menyebut guillain barre syndrome berisiko dialami penderita atau penyintas Covid-19.
Ahli telah mengamati data kesehatan lebih dari 3 juta orang berumur 16 tahun yang belum pernah terkena GBS di Israel, sepanjang Januari 2021 hingga Juli 2022.
Hasilnya, mereka menemukan jika orang yang baru terinfeksi Covid-19 enam kali lebih berisiko terkena GBS, dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi Covid-19.
Namun, penyakit GBS masih sangat jarang terjadi di mana hanya terdeteksi 76 orang di antara 3 juta orang dalam penelitian tersebut.
Peningkatan risiko GBS pada penelitian ini diukur dalam kurun waktu 6 minggu sejak seseorang tertular Covid-19.
Selain itu, pakar juga menemukan fakta bahwa orang telah mendapatkan vaksin Covid-19 berbasis mRNA memiliki kemungkinan risiko 50 persen lebih kecil terkena GBS, dibandingkan dengan orang yang tidak divaksin Covid-19.
“Temuan ini semakin menyoroti manfaat vaksin Covid-19 berbasis mRNA,” kata penulis studi Anat Arbel, MD, dari Lady Davis Carmel Medical Center, seperti dilaporkan WebMd (19/10/2023).
Ahli juga menyampaikan, jika beberapa orang responden yang dianggap tidak terinfeksi GBS kemungkinan mengidap infeksi SARS-CoV-2 (virus penyebab Covid-19), namun mereka tidak bergejala, hanya merasakan gejala ringan, atau tidak melakukan tes.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), GBS bisa memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk menyebabkan gangguan menelan dan bernapas.
Gejala awal GBS meliputi rasa lemas atau kesemutan yang bermula di kaki dan bisa menyebar ke lengan dan wajah.
Bagi sebagian orang, gejala tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan pada kaki, lengan, atau otot di wajah.
Pada sekitar sepertiga orang, otot dada akan turut terpengaruh sehingga menyebabkan kesulitan bernapas.
Gejala tersebut biasanya berlangsung beberapa minggu, dan sebagian besar orang pulih tanpa komplikasi neurologis yang parah atau jangka panjang.
Penyebab GBS hingga kini belum diketahui secara pasti. Tapi, dari penelitian di atas, salah satu faktornya adalah Covid-19 pada penderita yang belum divaksinasi.
Penyakit ini belum ada obat khususnya. Pengobatan yang diberikan dokter bertujuan untuk mengurangi gejala penyakit.
GBS terkadang dapat mengancam jiwa, meskipun kebanyakan penderita penyakit ini bisa sembuh tanpa masalah lebih lanjut. Segera lakukan perawatan di unit perawatan intensif jika mengalami gejala GBS.
Baca juga: 19 Efek Covid-19 setelah Sembuh yang Terkadang Dirasakan Penyintas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.