KOMPAS.com - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) bersama dengan Yayasan Pure Earth Indonesia menemukan bahwa ratusan anak balita di beberapa wilayah telah terpapar timbel yang bisa memengaruhi tumbuh kembang mereka.
Peneliti FKUI dr. Dewi Yunia Fitriani mengatakan bahwa sekitar 80 persen anak memiliki kadar timbel darah (KTD) lebih dari 5 mikrogram per desiliter (mcg/dL).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ambang batas kadar timbel darah (KTD) 5 mikrogram per disiliter (mcg/dL).
Baca juga: FKUI Temukan Paparan Timbel Tinggi pada Anak-anak
"Kalau kita lihat dari ambang batas kadar timbel darah yang ditetapkan oleh WHO, di mana tidak boleh lebih dari 5 mikrogram desiliter. Di sini, yang lebih dari 5 banyak sekali," kata dr. Dewi dalam diskusi "Pencegahan Dampak Kesehatan Pajanan Timbel Lingkungan" di Jakarta pada Rabu (10/1/2024).
Penelitian ini dilakukan pada 564 anak di pulau Jawa yang tersebar di 5 wilayah, yaitu Desa Kadu Jaya (Kabupaten Tangerang), Desa Cinangka dan Desa Cinangneng (Kabupaten Bogor), Desa Pesarean (Kabupaten Tegal), serta Desa Dupak (Kota Surabaya).
Anak-anak yang diteliti tersebut adalah balita usia 1-5 tahun.
Baca juga: Waspada Paparan BPA yang Banyak Ditemukan di Kemasan Plastik
"Kenapa kita konsen pada anak-anak? Karena penyerapan timbel pada anak-anak lebih tinggi daripada orang dewasa, 3-5 kali lebih mudah menyerap timbel," ujarnya.
Hasil penelitian yang dikerjakan selama Mei-Agustus 2023 ditemukan bahwa proporsi kadar timbal darah pada anak-anak tersebut sebagai berikut:
Baca juga: 5 Efek Samping Asap Paparan Rokok pada Perokok Pasif
Dr. Dewi menyebutkan bahwa KTD di atas 20 mcg/dL secara teori sudah akan muncul gejala gangguan pada pembentukan sel-sel darah merah, yang menyebabkan anemia.
"Ternyata benar, 34 persen dari anak-anak yang kadar timbel dalam darahnya di atas 20 mikrogram per desiliter, mereka sudah mengalami anemia atau kurang darah," ungkapnya.
Dalam kajian mendalam mereka juga menemukan bahwa anak-anak dengan KTD tinggi ditambah anemia, mengalami keterlambatan tumbuh kembang.
"Kita kaji lagi anak yang sudah memiliki kadar timbel dalam darah tinggi ditambah dengan anemia. Ternyata, sekitar 14 persen anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang," bebernya.
Baca juga: Efek Samping Paparan Rokok Elektrik pada Perokok Pasif
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak Ari Prayogo mengatakan bahwa anemia pada anak-anak sangat berbahaya.
Dr. Ari menjelaskan bahwa anemia terjadi karena tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi sebagai penyuplai oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
"Jika tidak ada yang mendistribusikan bahan-bahan itu ke sel-sel tubuh, maka sel-sel tubuh tidak akan berfungsi dengan baik," ujarnya.
"Artinya, anak tersebut tidak akan mencapai pertumbuhan yang optimal," imbuhnya.
Berdasarkan rekomendasi WHO, KTD yang lebih dari 45 mcg/dL sudah harus diberikan terapi khusus.
"Pada anak-anak yang kita temukan ada 4 persen atau 19 anak yang kadar timbel darahnya di atas 45 mikrogram per desiliter. Jadi, memang dipertimbangkan untuk terapi," kata dr. Dewi.
Baca juga: Cara Mengatasi Paparan Etilen Oksida yang Perlu Diperhatikan
Dr. Ari menjelaskan bahwa timbel dapat masuk dalam tubuh akan melalui dua jalur, yaitu dihirup (inhalasi) dan dimakan (ingesti).
"Pada anak seringnya dimakan, jadi lewat mulut. Anak-anak usia balita dekat sekali dengan tanah, suka tangannya dimasukkan mulut," ujar anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Dalam jangka pendek, timbel yang masuk dalam tubuh anak bisa diserap dalam darah.
"Di dalam darah pada kondisi awal, timbel bisa masuk ke sel-sel darah merah sehingga mengganggu fungsinya. Sehingga, sel darah merah menjadi rapuh, menjadi cepat hancur. Jadinya, sel darah merah rendah," paparnya.
Dalam jangka panjang, unsur timbel yang masuk dalam tubuh anak dapat mengiinfeksi hingga sumsum tulang belakang.
"Itu bisa sampai mengganggu pembentukan sel darah merahnya. Jadi terkena sumsum tulangnya, akan mengganggu pembentukan sel darah merah yang mengakibatkan anemia," ucapnya.
Pada akhirnya, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
"Sudah dibuktikan dalam penelitian ini anak yang kadar timbel darahnya tinggi dan anemia, berisiko mengalami gangguan perkembangan, hampir empat kali lipat dibandingkan anak yang lain," bebernya.
Baca juga: Efek Paparan Merkuri bagi Kesehatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.