KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginginkan rumah sakit vertikal di Indonesia beroperasi sebagaimana Mayo Clinic di Amerika Serikat (AS), salah satu fasilitas pelayanan kesehatan terbaik di dunia.
RS vertikal adalah rumah sakit yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
"Yang saya heran dengan Mayo itu dokter-dokternya semuanya melakukan clinical trial dengan obat-obatan dan alat-alat yang paling modern di dunia," kata Menkes saat meresmikan Fatmawati Orthopaedic Center di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta, Jumat (3/2/2024), seperti ditulis Antara.
Menkes mengatakan, Mayo Clinic bisa maju karena klinik tersebut berbayar, tetapi bukan untuk mencari keuntungan, melainkan dikembalikan kepada pasien berupa fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik.
Baca juga: Menkes: Antidot asal Singapura Bantu Obati Gagal Ginjal Akut pada Anak
Pelayanan kesehatan yang baik, katanya, salah satunya dipengaruhi oleh kesejahteraan para tenaga medis dan kesehatan yang baik, di mana hal tersebut menjadi prioritas di Mayo Clinic.
Selain itu, Menkes Budi menuturka,n Mayo Clinic berisikan dokter dari pasien yang beragam, bahkan dari seluruh dunia. Hal tersebut menyebabkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut selalu ramai dikunjungi, baik siang maupun malam, tidak seperti rumah sakit vertikal atau rumah sakit pemerintah di Indonesia pada saat ini yang umumnya hanya melayani di pagi dan siang hari.
"Nah itu jadi pengalaman saya. Ternyata rumah sakit pemerintah itu enggak fully utilized -dimanfaatkan sebaik mungkin," katanya.
Karena itu, Menkes Budi mengatakan, langkah-langkah khusus perlu diambil dalam mewujudkan hal tersebut.
Beberapa di antaranya dengan mendirikan sejumlah rumah sakit pemerintah baru di beberapa wilayah di Indonesia, serta mendorong pembukaan layanan eksekutif di sejumlah rumah sakit tersebut.
Budi meresmikan Fatmawati Orthopaedic Center sebagai layanan ortopedi eksekutif lengkap yang terintegrasi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta.
"Kita harus punya wing eksekutif supaya pasien-pasien yang bisa berbayar itu datang ke sini. Dan malam juga bisa terbuka dan mereka bayar sama seperti di rumah sakit swasta," ujar Menkes.
Menurut Budi, adanya layanan ortopedi eksekutif ini dimaksudkan untuk meningkatkan derajat para tenaga kesehatan serta dapat membantu pembiayaan pengobatan masyarakat yang ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Justru kita jadi rumah sakit yang sangat sosialis, karena uang yang nanti kita dapatkan, saya enggak ambil untung. Kalau di rumah sakit swasta, jelas ambil untung," ujar Menkes.
Baca juga: Menkes Dorong Pemanfaatan Teknologi untuk Layanan Dokter Gigi Saat Pandemi Covid-19
.
"Selama ini kita rugi, jadi kita hanya bisa cover terbatas jumlahnya. Justru dengan kita mendatangkan pasien-pasien eksekutif yang bisa bayar mahal ke rumah sakit vertikal, kita layani dengan baik, dokter-dokternya juga terbaik yang sama dengan swasta. Keuntungannya kita bisa pakai untuk subsidi masyarakat-masyarakat kita yang penyakitnya parah," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama Plt. Direktur RSUP Fatmawati dr Mohammad Syahril mengatakan, pengembangan Fatmawati Orthopaedic Center meliputi layanan rawat jalan, rawat inap, dan bedah eksekutif.
Ia menjelaskan, fasilitas kesehatan ortopedi tersebut berada di gedung yang sudah tersedia, dengan melakukan renovasi tanpa penambahan gedung baru. Fasilitas tersebut memiliki tiga ruangan rawat jalan, delapan ruangan rawat inap, serta tujuh ruang bedah Modular Operation Theatre (MOT).
"Saat ini ada 16 dokter, ada 16 dokter ortopedi yang terbagi dalam delapan subspesialisasi," ucapnya.
Melalui Fatmawati Orthopaedic Center, Syahril berharap dapat meningkatkan kualitas pelayanan ortopedi di Indonesia, khususnya di RSUP Fatmawati Jakarta, serta dapat membiayai operasional dan pengembangan rumah sakit tersebut.
Salah satunya, dia menyebutkan, diawali dengan Fatmawati Orthopaedic Center sebagai layanan ortopedi eksekutif lengkap dan terintegrasi di RSUP Fatmawati, yang diharapkan dapat direplikasi di berbagai Rumah Sakit Vertikal di Indonesia.
Ia menjelaskan, keuntungan dari fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga medis dan tenaga kesehatan, serta meningkatkan subsidi masyarakat Indonesia yang memiliki penyakit yang parah, yang dengan demikian, juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
"Akses ke lab, akses ke alat-alat gitu ya--harus mudah, seperti--bagaimana kalau mau pakai CT scan, mau pakai MRI, bagaimana jalurnya supaya cepat, obat-obatannya mesti ada apa enggak, parkirnya ada apa enggak, bersih apa enggak, pelayannya senyum apa enggak, bisa kerja apa enggak, rehab mediknya gimana, itu mesti diberesin," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.