Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Stres terhadap Tubuh Anda yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 20/02/2024, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

  • Sistem saraf

Sistem saraf terdiri dari divisi pusat, yang melibatkan otak dan sumsum tulang belakang. Lalu, divisi perifer yang melibatkan sistem saraf otonom dan somatik.

Sistem saraf otonom mempunyai peranan langsung dalam respons fisik terhadap stres dan terbagi menjadi sistem saraf simpatis (SNS) serta sistem saraf parasimpatis (PNS).

Saat stres, SNS memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon adrenalin (epinefrin) dan kortisol.

Hormon-hormon ini bersama dengan kerja saraf otonom menyebabkan jantung berdetak lebih cepat, laju pernapasan meningkat, pembuluh darah di lengan dan kaki melebar, proses pencernaan berubah, dan kadar glukosa (energi gula) dalam aliran darah meningkat menjadi menangani keadaan darurat.

Setelah krisis selesai, tubuh biasanya kembali ke kondisi sebelum darurat dan tanpa stres. Pemulihan ini difasilitasi oleh PNS, yang umumnya mempunyai efek berlawanan dengan SNS.

Ketika Anda mengalami stres kronis, sistem saraf otonom Anda terus memicu reaksi fisik. Hal ini menyebabkan kerusakan pada tubuh.

Yang menjadi masalah bukanlah dampak stres kronis terhadap sistem saraf, melainkan dampak aktivasi sistem saraf yang terus-menerus terhadap sistem tubuh lainnya.

Baca juga: 10 Penyakit yang Disebabkan Stres Perlu Diwaspadai

  • Sistem reproduksi

Stres kronis dapat juga berdampak pada sistem reproduksi pria maupun wanita. Sebab, hormon kortisol yang diproduksi berlebihan oleh kelenjar adrenal dapat memengaruhi fungsi biokimia normal sistem reproduksi.

Pada pria, stres kronis dapat memengaruhi produksi testosteron, sehingga mengakibatkan menurunnya gairah seks atau libido, bahkan dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi.

Stres kronis juga dapat berdampak negatif pada produksi dan pematangan sperma.

Ketika stres mengganggu sistem kekebalan, tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Pada anatomi pria, infeksi dapat menyerang testis, kelenjar prostat, dan uretra, yang semuanya dapat memengaruhi fungsi reproduksi normal pria.

Pada wanita, stres dapat memengaruhi mesntruasi. Misalnya, tingkat stres yang tinggi mungkin berhubungan dengan tidak adanya atau tidak teraturnya siklus menstruasi, menstruasi yang lebih menyakitkan, dan perubahan lamanya siklus.

Stres juga bisa mengurangi hasrat seksual, terutama ketika perempuan secara bersamaan merawat kelelahan karena masalah pekerjaan dan lain-lain.

Stres yang berkepanjangan juga dapat membuat wanita sulit hamil dan peningkatan penyakit pada sistem reproduksi, seperti infeksi virus herpes simpleks atau sindrom ovarium polikistik.

Memahami bagaimana stres memengaruhi tubuh dapat membantu Anda menyadari pentingnya mengatasi stres.

Sebagian besar dampak stres sebenarnya dapat dikelola dengan baik.

Anda bisa berolahraga secara teratur, mendapatkan tidur yang berkualitas, dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dan/atau mengelola stres.

Anda dapat bekonsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater untuk mengetahui cara yang tepat untuk mengelola stres Anda.

Baca juga: 8 Cara Sehat Meredakan Stres yang Perlu Diketahui 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau