Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Stres terhadap Tubuh Anda yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 20/02/2024, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

  • Sistem kardiovaskular

Jantung dan pembuluh darah terdiri dari dua elemen sistem kardiovaskular yang bekerja sama dalam memberikan nutrisi dan oksigen ke organ-organ tubuh.

Aktivitas kedua elemen ini juga terkoordinasi dalam respon tubuh terhadap stres.

Stres akut menyebabkan peningkatan detak jantung dan kontraksi otot jantung yang lebih kuat, dengan hormon stres (adrenalin, noradrenalin, dan kortisol) bertindak sebagai pembawa pesan untuk efek-efek ini.

Stres sesaat atau jangka pendek ini, meliputi dikejar tenggat waktu, terjebak kemacetan, atau tiba-tiba menginjak rem untuk menghindari kecelakaan.

Sementara, stres kronis dapat menyebabkan masalah jangka panjang pada jantung dan pembuluh darah.

Peningkatan detak jantung yang konsisten dan berkelanjutan, serta peningkatan kadar hormon stres dan tekanan darah, dapat berdampak buruk pada tubuh.

Stres jangka panjang yang berkepanjangan ini dapat meningkatkan risiko hipertensi, serangan jantung, atau stroke.

Baca juga: 7 Makanan Pilihan untuk Mengurangi Stres yang Perlu Diketahui

  • Sistem imun

Selama peristiwa atau periode waktu yang membuat stres, hormon stres seperti kortisol berpindah ke sistem kekebalan dan memiliki berbagai efek disregulasi.

Salah satunya adalah dengan memicu peningkatan peradangan, yang merupakan akar dari banyak masalah kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular dan demensia.

Peradangan yang terlalu banyak atau kronis dapat membuat sistem imun berbalik melawan sel-sel sehat, membuat Anda lebih rentan terhadap infeksi, kurang responsif terhadap vaksin, dan penyembuhannya lebih lambat.

Terlebih lagi, pelepasan sitokin pro-inflamasi saat stres dapat berpindah ke otak dan meningkatkan risiko depresi. Stres dan depresi adalah siklus yang buruk.

  • Kulit

Kulit merupakan organ yang sangat aktif. Kulit memiliki sistem kekebalannya sendiri, dan berinteraksi dengan otak dari waktu ke waktu.

Ketika stres, kulit memberi respons dengan memunculkan masalah yang paling umum, yaitu jerawat atau eksim yang kambuh.

Akibatnya, ketika Anda mengalami stres akut atau kronis, sistem kekebalan kulit menjadi aktif, sehingga memicu peradangan.

Itu memperburuk kondisi kulit, seperti rosacea, psoriasis, gatal-gatal, dan eksim.

Stres juga dapat mengganggu kemampuan kulit untuk menahan air. Aliran hormon stres yang dilepaskan mendorong kelenjar sebaceous di kulit memproduksi lebih banyak minyak, yang dapat memicu munculnya jerawat.

Baca juga: 10 Obat Alami untuk Mengurangi Stres Anda

  • Sistem pencernaan

Stres menurunkan motilitas gastrointestinal (memperlambat pengosongan usus), yang dapat membuat Anda merasa mual, kembung atau sembelit.

Dampak stres yang lebih besar dalam sistem pencernaan adalah stres menyebabkan perubahan pada mikrobioma usus, memengaruhi keragaman bakteri di sana, dan memengaruhi fungsi penghalang usus, sehingga meningkatkan kebocoran usus.

Ini berarti produk sampingan bakteri dari makanan yang Anda makan dapat bocor ke luar saluran pencernaan ke dalam sirkulasi Anda, yang pada gilirannya memicu respons inflamasi dan hormonal.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau