KOMPAS.com - Data terbaru menunjukkan jumlah orang obesitas di dunia kini mencapai lebih dari satu miliar. Secara global, angka obesitas di kalangan anak dan remaja naik empat kali lipat, sementara obesitas pada orang dewasa meningkat dua kali lipat.
Data ini dianggap mengkhawatirkan, sebab obesitas berdampak besar pada kesehatan. Obesitas bisa jadi pintu masuk dari berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, jantung, dan kanker.
Seseorang dikatakan mengalami obesitas apabila indeks massa tubuhnya lebih dari 27 kilogram per meter persegi. Pada obesitas sentral yang biasanya ditandai dengan kondisi perut yang buncit bisa diukur dari lingkar perut.
Laki-laki yang mengalami obesitas sentral akan memiliki lingkar perut lebih dari 90 sentimeter, sedangkan perempuan lebih dari 80 sentimeter.
Senior Director, Worldwide Nutrition Education and Training at Herbalife Susan Bowerman mengatakan, sangat penting untuk mengatasi epidemi global ini. WHO juga menyatakan obesitas dan kegemukan sebagian besar dapat dicegah.
Baca juga: Penyebab Diet dan Olahraga Saja Tak Cukup Atasi Obesitas
Susan mengatakan, untuk mencegah kelebihan berat badan, sebaiknya kita tidak cuma fokus pada penurunan berat badan tapi perlu memiliki pola makan sehat dan tetap aktif sepanjang hidup.
"Lebih dari sekadar fokus pada penurunan berat badan, sangat penting untuk mengadopsi kebiasaan yang menumbuhkan hubungan sehat dengan makanan dan mempromosikan gaya hidup aktif yang berkelanjutan dalam jangka panjang," katanya.
Terkait penurunan berat badan, menurut Susan proses perlahan dan stabil adalah yang terbaik. Hindari metode diet yang menjanjikan penurunan berat badan instan (fad diet).
Diet semacam itu memang bisa membuat berat badan turun, tapi sifatnya sementara. Selain itu, kita juga beresiko kekurangan kelompok makanan tertentu, serta meningkatkan risiko kehilangan massa otot, bukan lemak tubuh.
"Ingat bahwa tujuannya tidak hanya untuk menurunkan berat badan, tetapi juga harus mengubah kebiasaan untuk membantu Anda mempertahankan berat badan yang sudah ditargetkan," paparnya.
Baca juga: Apa Dampak Obesitas pada Anak-anak? Ini Penjelasannya...
Dalam menjaga berat badan, protein berperan sangat penting karena membantu kita mengontrol rasa lapar. Protein juga mendukung pertumbuhan dan perbaikan otot, serta membantu menjaga massa tubuh ramping saat kita kehilangan lemak tubuh.
Jenis diet sangat rendah kalori juga tidak direkomendasikan karena dapat memperlambat metabolisme dan menghambat penurunan berat badan.
"Fokuslah pada berbagai makanan sehat dalam pola makan harian Anda – protein tanpa lemak, buah-buahan dan sayuran berwarna-warni, biji-bijian utuh dan kacang-kacangan, serta jumlah kecil lemak sehat," kata Susan.
Demikian halnya dengan camilan, pilihlah yang bernutrisi dan kaya protein. Misalnya saja yogurt dengan buah atau telur rebus dengan beberapa cracker gandum utuh.
Meski kita ingin membatasi kalori, tetapi sebaiknya tidak menghindari sarapan. Sarapan tidak hanya membantu mengontrol berat badan dan berkonsentrasi di sekolah atau saat bekerja, tetapi juga membantu tetap fokus pada aktivitas. Sarapan harus mencakup keseimbangan protein, karbohidrat, dan lemak.
Untuk mencapai tujuan hidup sehat jangka panjang, cobalah untuk bergerak aktif setidaknya 30 menit beraktivitas sedang setiap hari.
"Perubahan kecil seperti memilih naik tangga daripada lift, atau turun dari bus dua atau tiga halte sebelum Anda mencapai tujuan kemudian melanjutkan dengan berjalan kaki dapat membuat perbedaan," ujarnya.
Baca juga: Sarapan Apa yang Cocok untuk Diet? Berikut 7 Daftarnya…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.