Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak yang Tidak Mandiri dan Pengaruhnya bagi Kesehatan Mental

Kompas.com - 21/03/2024, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Orangtua memiliki peran untuk melindungi, mengasuh, dan juga mengajarkan anak-anak mereka agar kelak bisa mandiri tanpa selalu bergantung pada bantuan orang lain.

Sayangnya, anak-anak di era modern ini semakin kehilangan kemandiriannya. Profesor Peter Gray, peneliti di Boston College, baru-baru ini mengungkapkan opininya bahwa kondisi tersebut berdampak pada masalah kesehatan mental pada anak yang meningkat belakangan ini.

Secara global, diperkirakan 1 dari 7  anak usia 10–19 tahun mengalami kondisi kesehatan mental, namun sebagian besar kondisi ini masih belum diketahui dan diobati.

Di Indonesia, menurut data dari Kemenkes RI, satu dari sepuluh orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Selain itu, lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk mengalami depresi.

Baca juga: Rutin Baca Buku Baik bagi Kesehatan Mental Anak

Gray mengatakan, berkurangnya kemandirian anak berpengaruh pada kesehatan mental.

Beberapa contoh kurangnya kemandirian yang disampaikan Gray antara lain anak-anak kini memiliki lebih sedikit waktu untuk melakukan aktivitas dan bermain mandiri, yang tidak mencakup hal-hal seperti olahraga dan aktivitas terorganisir.

Dalam kajiannya yang dimuat di Journal of Pediatrics, ia mengatakan, selain kehilangan kemandirian, anak-anak juga kehilangan waktu yang dihabiskan untuk diri sendiri, wilayah yang bisa dijelajahi, serta teman-teman.

"Kurangnya kendali dan hak pilihan atas kehidupan mereka sendiri membuat anak-anak berjuang dengan perasaan mampu menangani apa yang terjadi di dunia", jelasnya.

Ia menilai, berkurangnya kemandirian anak salah satunya disebabkan karena saat ini faktor keamanan dan keselamatan anak dianggap rendah. Orangtua khawatir anak mereka akan diculik dan berbagai ancaman lain.

Solusi dari kurangnya kemandirian, menurut dia, tidak sesederhana melarang anak bermain ponsel, sebab masalah-masalah ini sudah ada sebelum era ponsel pintar.

Baca juga: Studi: Remaja yang Kecanduan TikTok Memiliki Kesehatan Mental Buruk

Menurutnya, anak-anak yang butuh terhubung lewat gadget adalah akibat dari kurangnya kemampuan mereka untuk berkumpul, terutama bagi anak remaja. Memiliki ruang yang terpisah dari orang dewasa adalah bagian penting dari pertumbuhan mereka.

Salah satu cara untuk menumbuhkan kemandirian anak menurut Gray adalah memberikan anak setidaknya satu hari bebas, ketika anak tidak terlibat dalam aktivitas olahraga yang sudah terjadwal.

"Anak-anak suka melakukan sesuatu sesuai keinginannya," katanya.

Ia menyebut, kegiatan olahraga tidak termasuk dalam kategori "bermain".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau