KOMPAS.com - Autisme biasanya didiagnosis di usia anak-anak, sehingga intervensi dapat dilakukan sedini mungkin untuk mendukung perkembangannya.
Gejala autisme sebenarnya sudah bisa terdeteksi saat anak baru berusia setahun. Ada pula yang baru menunjukkan gejala di usia 18-24 bulan.
Walau begitu, ada beberapa orang yang baru terdiagnosis di usia dewasa. Tallulah Willis, anak dari pasangan aktris Demi Moore dan Bruce Willis, bahkan mengakui dirinya terdiagnosis autisme di usia 30 tahun.
Penelitian menunjukkan, dalam beberapa tahun terakhir ada tren di negara maju orang dewasa yang mencari diagnosis autisme.
Hal ini terjadi bisa karena meningkatnya kesadaran masyarakat dan karena jika tidak terdiagnosis akan terjadi peningkatan gangguan lain yang terjadi bersamaan, seperti kecemasan dan depresi.
Baca juga: Gejala Mirip dan Kerap Salah Diagnosis, Ini Beda Bipolar dan Autisme
"Banyak orang dewasa menjalani evaluasi autisme karena kesulitan dalam transisi ke fase kehidupan berikutnya, baik itu kuliah atau pekerjaan, karena mereka tanpa disadari ada tantangan kesehatan mental signifikan," kata psikolog klinis yang mendalami autisme, Dr.Michelle Gorenstein-Holtzman.
Ia menambahkan, banyak orangtua yang mencari evaluasi untuk dirinya setelah anak mereka menerima diagnosis dan mereka menyadari beberapa kesulitan yang sama dalam diri mereka.
Menurut panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5), ada beberapa kriteria gangguan autisme pada dewasa, yaitu:
- Kesulitan dalam komunikasi dan interaksi
- Punya minat terbatas dan perilaku senang mengulang-ulang
- Gejala yang memengaruhi kemampuan mereka untuk berfungsi di sekolah, tempat kerja, dan area kehidupan lainnya
Perlu dipahami bahwa gejala autisme bisa bervariasi pada tiap orang. Gejala juga dapat terlihat sangat berbeda dalam periode kehidupan.
Baca juga: 5 Perbedaan ADHD dan Autis, Orangtua Perlu Tahu
Sebagai contoh, dalam hal tantangan komunikasi atau interaksi, kesulitan dalam komunikasi nonverbal adalah gejala utama autisme.
Orang dewasa umumnya melakukan kontak mata saat berinteraksi. Namun, kualitas kontak mata orang autisme sedikit tidak biasa, atau mereka melakukan kontak mata secara sengaja atau diatur.
Contoh lain, seseorang mungkin punya teman tapi sulit menjaga pertemanan itu. Pada anak-anak, kemampuan sosial terlihat pada keterampilan bermain, bergiliran, dan berbagi.
Pada orang dewasa, hal ini lebih berkaitan dengan kemampuan mereka untuk memiliki hubungan timbal balik secara sosial – untuk melakukan percakapan bolak-balik dan menunjukkan kesenangan bersama.
"Banyak orang dewasa yang saya evaluasi merasa lega mendengar diagnosis autisme. Mereka merasa ada alasan di balik kesulitan yang salama ini dijalani,"" kata Michelle seperti dikutip dari NYP.org.
Seperti halnya dengan Tallulah, setelah mengetahui diagnosisnya dia mengaku banyak perubahan dalam hidupnya. “Sebenarnya ini pertama kalinya saya membagikan diagnosis saya secara terbuka. Saya mengetahuinya musim panas ini dan itu mengubah hidup saya," jawabnya.
Selama ini Tallulah memang terbuka tentang masalah kesehatan mental dan fisiknya di media sosial. Ia mengungkap berjuang melawan gangguan makan, ADHD, dan depresi.
Baca juga: Bukan Sekadar Sedih, Begini Ciri-ciri Orang yang Sedang Depresi
Michelle mengatakan, dulu para ahli berasumsi bahwa seseorang perlu menunjukkan perilaku yang signifikan secara klinis pada usia dini untuk mendapatkan diagnosis formal.
Namun, meskipun gejala-gejalanya sudah terlihat sejak masa kecil, kesulitan-kesulitan tersebut mungkin tidak akan terlihat sepenuhnya hingga tahap perkembangan selanjutnya ketika lingkungan sosial menjadi lebih kompleks.
"Dalam membuat diagnosis autisme, kami melihat kombinasi dari gejala dan perilaku. Punya satu gejala bukan berarti seseorang autisme," katanya.
Menurut Michelle, evaluasi dilakukan melalui serangkaian wawancara dan juga asesmen formal untuk autisme, ditambah dengan pengukuran pribadi.
Wawancara klinis juga dilakukan dengan orang lain yang mengetahui riwayat individu tersebut, misalnya orangtua, saudara, teman masa kecil, atau pasangan.
“Untuk membuat diagnosis yang akurat, mendengarkan dari orang yang mengerti riwayat sangat penting karena kita perlu memahami riwayat perkembangan seseorang,” katanya.
Baca juga: Sia Mengaku Alami Gangguan Spektrum Autisme
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.