Peristaltik terjadi ketika tubuh menggunakan sistem saraf parasimpatis.
Saat tubuh Anda mengalami stres, tubuh beralih ke respons fight or flight.
Hal tersebut secara alami mengalihkan fokus tubuh dari gerakan peristaltik usus, yang dapat menyebabkan pencernaan Anda tidak lancar dan sebelit.
Baca juga: Dampak Stres terhadap Tubuh Anda yang Perlu Diketahui
Otak dan usus Anda berkomunikasi secara teratur satu sama lain. Saat otak Anda stres, hal itu meningkatkan rasa tertekan di perut Anda.
Singkatnya, Anda lebih sensitif terhadap perasaan perut Anda saat stres.
Hal ini terutama berlaku pada orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Stres tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat meningkatkan sekresi asam lambung, yang dapat merusak lapisan usus Anda.
Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan dan bahkan membuat Anda lebih rentan terkena maag, yang disebabkan oleh bakteri tertentu.
Peningkatan asam lambung juga memberikan tekanan lebih besar pada sfingter esofagus bagian bawah (LES).
Hal ini membuat LES lebih mungkin membiarkan asam masuk ke kerongkongan, sehingga menyebabkan heartburn.
Sel-sel yang melapisi usus Anda bertindak sebagai penghalang untuk mencegah masuknya hal-hal yang tidak Anda inginkan, seperti bakteri jahat atau limbah.
Namun, stres dapat mengurangi kemampuan sel-sel tersebut berfungsi dengan baik.
Semakin Anda stres, semakin mudah pula hal-hal yang tidak diinginkan meresap ke dalam ulu hati Anda. Ini adalah fenomena yang disebut usus bocor.
Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan lebih banyak peradangan dan ketidaknyamanan dalam pencernaan.
Baca juga: 5 Minuman yang Harus Anda Hindari Saat Stres
Ketika tubuh mengalami respons stres, ia memprioritaskan otak dan otot. Aliran darah lebih kuat ke area tersebut, dan aliran darah ke usus berkurang.