Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Masalah Pencernaan yang Bisa Jadi Akibat Stres

Kompas.com - 06/05/2024, 16:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Otak dan usus saling terhubung dan berkomunikasi selalu.

Hal ini yang membuat masalah pencernaan Anda bisa jadi akibat dari stres Anda.

Mengutip Everyday Health, faktanya bahwa lebih banyak sel saraf (neuron) berada di usus daripada di seluruh sumsum tulang belakang, menurut penelitian yang diterbitkan dalam buku Neuroscience.

Baca juga: Dampak Stres terhadap Gula Darah Tinggi yang Harus Diketahui

Kenneth Koch, MD, Profesor kedokteran di bidang gastroenterologi di Wake Forest University Baptist Medical Center di Winston-Salem, Carolina Utara mengatakan bahwa stres dapat memengaruhi setiap bagian sistem perncenaan.

Perlu diketahui bahwa usus dikendalikan sebagian oleh sistem saraf pusat di otak dan sumsum tulang belakang.

Selain itu, ia memiliki jaringan neuron sendiri di lapisan sistem pencernaan, yang dikenal sebagai sistem saraf enterik atau intrinsik.

Baca juga: Tahukah Dampak Stres Bisa Mengecilkan Otak Anda? Ini Faktanya...

Sistem saraf enterik bersama dengan 100 juta sel saraf yang melapisi saluran pencernaan dari kerongkongan hingga rektum, mengatur proses pencernaan seperti:

  • Menelan
  • Melepaskan enzim untuk memecah makanan
  • Mengategorikan makanan sebagai nutrisi atau produk limbah

Stres dapat berdampak signifikan terhadap cara tubuh Anda melakukan proses tersebut di atas.

Lantas, apa saja masalah pencernaan yang bisa muncul akibat stres? Simak terus artikel ini.

Baca juga: Dampak Stres terhadap Otak yang Harus Disadari

Macam masalah pencernaan

Dikutip darie Eating Well, penelitian telah menemukan hubungan antara stres dan gangguan pencernaan.

Selain itu, penelitian menemukan bahwa stres bahkan mungkin berdampak pada mikrobiota usus.

Untuk menyelami lebih dalam, tinjauan penelitian mengamati enam masalah pencernaan yang terkait dengan stres.

Inilah yang mereka temukan:

  • Sembelit

Saluran pencernaan Anda dilapisi dengan sejenis otot yang disebut otot polos.
Otot-otot ini berkontraksi secara otomatis dalam gerakan seperti gelombang yang disebut gerak peristaltik.

Kontraksi otot ini memungkinkan makanan bergerak ke satu arah melalui sistem pencernaan Anda.

Peristaltik terjadi ketika tubuh menggunakan sistem saraf parasimpatis.

Saat tubuh Anda mengalami stres, tubuh beralih ke respons fight or flight.

Hal tersebut secara alami mengalihkan fokus tubuh dari gerakan peristaltik usus, yang dapat menyebabkan pencernaan Anda tidak lancar dan sebelit.

Baca juga: Dampak Stres terhadap Tubuh Anda yang Perlu Diketahui

  • Perut sensitif

Otak dan usus Anda berkomunikasi secara teratur satu sama lain. Saat otak Anda stres, hal itu meningkatkan rasa tertekan di perut Anda.

Singkatnya, Anda lebih sensitif terhadap perasaan perut Anda saat stres.

Hal ini terutama berlaku pada orang dengan sindrom iritasi usus besar (IBS).

  • Nyeri terbakar di ulu hati (heartburn)

Stres tingkat tinggi yang berkepanjangan dapat meningkatkan sekresi asam lambung, yang dapat merusak lapisan usus Anda.

Seiring waktu, hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan dan bahkan membuat Anda lebih rentan terkena maag, yang disebabkan oleh bakteri tertentu.

Peningkatan asam lambung juga memberikan tekanan lebih besar pada sfingter esofagus bagian bawah (LES).

Hal ini membuat LES lebih mungkin membiarkan asam masuk ke kerongkongan, sehingga menyebabkan heartburn.

  • Usus bocor

Sel-sel yang melapisi usus Anda bertindak sebagai penghalang untuk mencegah masuknya hal-hal yang tidak Anda inginkan, seperti bakteri jahat atau limbah.

Namun, stres dapat mengurangi kemampuan sel-sel tersebut berfungsi dengan baik.

Semakin Anda stres, semakin mudah pula hal-hal yang tidak diinginkan meresap ke dalam ulu hati Anda. Ini adalah fenomena yang disebut usus bocor.

Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan lebih banyak peradangan dan ketidaknyamanan dalam pencernaan.

Baca juga: 5 Minuman yang Harus Anda Hindari Saat Stres

  • Kembung

Ketika tubuh mengalami respons stres, ia memprioritaskan otak dan otot. Aliran darah lebih kuat ke area tersebut, dan aliran darah ke usus berkurang.

Hal ini dapat mengurangi kemampuan saluran pencernaan untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari kerusakan normal.

Tanpa aliran darah, makanan juga bisa sulit bergerak melalui saluran pencernaan.

Semakin lama makanan tertahan di saluran pencernaan, meningkatkan bakteri untuk menghasilkan gas yang bisa menyebabkan perut kembung.

Stres emosional yang berlebihan juga dapat meningkatkan jumlah asam klorida di saluran usus dan lambung, sehingga menyebabkan penumpukan gas di usus.

  • Menurunkan bakteri baik di usus

Kesehatan bakteri usus Anda tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang kita makan, tetapi juga oleh kesehatan usus Anda secara umum.

Ketika saluran pencernaan Anda bermasalah karena semua gejala yang telah disebutkan sebelumnya, bakteri baik usus Anda juga akan terganggu dan jumlahnya akan menurun.

Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa terdapat komunikasi teratur antara poros otak-usus (gut-brain axis), yang melibatkan saraf ke-10, sistem endokrin, sistem kekebalan tubuh, dan mikrobioma usus.

Untungnya, mengonsumsi banyak probiotik dan prebiotik dapat membantu mengurangi dampak negatif pada bakteri usus.

Demikianlah enam masalah pencernaan yang bisa muncul sebagai akibat stres.

Gejala seperti kembung, sembelit, mulas, dan rasa tidak nyaman di perut mungkin merupakan tanda bahwa Anda lebih stres dari yang Anda kira.

Berkurangnya bakteri baik usus dan peningkatan asam lambung adalah perubahan halus dari dampak stres.

Baca juga: Tips Mengelola Stres agar Kualitas Tidur Lebih Baik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau