Jika Anda memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg, Anda mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).
Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi membuat serangan jantung atau stroke lebih mungkin terjadi padanya.
Memiliki kolesterol LDL (kolesterol jahat) yang tinggi atau kolesterol HDL (kolesterol baik) yang rendah atau keduanya adalah salah satu prediktor terbaik risiko penyakit jantung.
Profil lipid darah mengukur jumlah kolesterol dan trigliserida, jenis lemak lain dalam darah yang merupakan faktor risiko.
Tingginya kadar trigliserida juga meningkatkan risiko serangan jantung.
Gula darah tinggi meningkatkan penumpukan plak, yang menyebabkan kerusakan arteri yang berujung pada penyakit jantung.
Penderita diabetes memiliki risiko dua kali lipat terkena penyakit jantung koroner.
Baca juga: Risiko Kematian Penderita Serangan Jantung Menurut Peneliti
Anda yang mengalami kegemukan atau obesitas dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, diabetes, tingginya kadar trigliserida dan kolesterol jahat, serta rendahnya kadar kolesterol baik.
Itu semua membuat Anda memiliki risiko lebih besar mengalami serangan jantung seiring berjalannya waktu.
Sindrom metabolik merupakan kombinasi dari setidaknya tiga hal, yang meliputi pinggang membesar (obesitas sentral), tekanan darah tinggi, kolesterol baik rendah, trigliserida tinggi, dan gula darah tinggi.
Memiliki sindrom metabolik membuat Anda dua kali lebih mungkin terkena serangan jantung dibandingkan jika Anda tidak mengidapnya.
Pola makan tinggi gula, lemak hewani, makanan olahan, lemak trans, dan garam meningkatkan risiko serangan jantung.
Mengikuti pola makan rendah karbohidrat, lemak sehat, dan protein tanpa lemak (seperti pola makan Mediterania) dapat meningkatkan kesehatan jantung sekaligus membantu Anda menjaga berat badan yang sehat.
Baca juga: 8 Cara Mengobati Serangan Jantung yang Perlu Diketahui
Kurangnya aktivitas fisik (gaya hidup sedentari) dikaitkan dengan risiko serangan jantung yang lebih tinggi. Olahraga teratur meningkatkan kesehatan jantung.
Stres emosional, seperti kemarahan yang ekstrem, dapat meningkatkan risiko serangan jantung.