Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/06/2024, 12:15 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Penurunan daya ingat merupakan bagian normal dari proses penuaan. Walau begitu kepikunan yang disertai dengan kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari harus diwaspadai sebagai gejala demensia.

Demensia merupakan istilah umum untuk kondisi kepikunan. Kondisi ini dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan sehari-hari seseorang, termasuk kesulitan melakukan aktivitas yang sebelumnya dianggap mudah, seperti menyalakan kompor, mengancingkan baju, hingga menyebut nama benda.

Dipaparkan oleh Dr.dr Gea Pandhita Sp.N, ada berbagai jenis kepikunan (demensia), namun yang paling banyak disebabkan karena penyakit Alzheimer.

"Hampir 80 persen pikun disebabkan karena Alzheimer dan vascular demensia (5-10 persen) yang terjadi karena gangguan aliran darah ke otak pada pasien pascastroke," kata dokter saraf dari RS Pondok Indah - Bintaro Tangerang ini.

Baca juga: Keterampilan Multitasking Sebabkan Pelupa pada Orang Muda

Demensia terjadi karena volume otak mengecil atau mengerut sehingga terjadi penurunan fungsi. Proses ini berjalan lambat seiring dengan usia.

Menurut dr.Gea proses pengerutan otak ini ada yang berjalan lambat sehingga penurunannya masih dalam taraf normal, ada pula yang terjadi cepat.

"Penurunan fungsi otak yang berlebihan ini yang menyebabkan demensia," paparnya.

Pada tahap awal, penderita Alzheimer mungkin hanya lupa nama orang di sekitar, lalu lambat laun juga lupa nama benda-benda di sekitar, hingga lupa dengan kosa kata, dan mengalami disorientasi waktu.

"Karena beberapa kosa kata mulai lupa, akhirnya mereka akan menarik diri, tidak mau berbicara karena bingung harus mengatakan apa," ujar dr.Gea.

Tidak semua gangguan daya ingat akan disebut dengan Alzheimer. Setidaknya ada tiga kriteria utama seorang pasien dianggap terkena Alzheimer.

Pertama adalah penurunan fungsi kognitif (daya ingat, kemampuan bahasa, hingga pengambilan keputusan), kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari yang sebelumnya mudah dilakukan, serta gangguan perilaku atau emosional.

Baca juga: Menjalani Masa Tua Tanpa Demensia

Merawat lansia demensia

Disadari atau tidak, kehidupan kita dikelilingi oleh orang lanjut usia. Angka harapan hidup di Indonesia saat ini mencapai 71 tahun dan mereka rentan mengalami Alzheimer.

"Indonesia termasuk negara tua karena proporsi penduduk lansianya sudah lebih dari 7 persen, oleh karena itu penyakit demensia Alzheimer perlu menjadi perhatian," ujar dr.Gea.

Ia menuturkan, hidup bersama lansia yang memiliki demensia Alzheimer menjadi tantangan dan bisa menimbulkan beban fisik dan mental dalam keluarga.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau