KOMPAS.com - Streptococcal toxic shock syndrome (STSS) dapat mengakibatkan seseorang menderita banyak organ tidak berfungsi (kegagalan multi-organ).
Mengutip Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit fatal ini termasuk sulit didiagnosis dan pasien sering kali mendapatkan diagnosis yang salah.
Baca terus artikel ini yang akan mengulas secara ringkas mengenai streptococcal toxic shock syndrome.
Baca juga: Infeksi Bakteri Mematikan Meningkat di Jepang, Ini Kata Pakar...
Streptococcal toxic shock syndrome adalah penyakit akibat infeksi bateri Streptococcus pyogenes yang disertai syok mendadak dan kegagalan organ.
Streptococcus pyogenes termasuk dalam Streptokokus Grup A.
Dikutip dari Healthline, streptococcal toxic shock syndrome termasuk penyakit yang langka, tetapi serius.
Penyakit ini berpotensi mematikan dengan angka kematian yang bisa melebihi 30 persen.
Penyakit ini terjadi ketika bakteri mencapai aliran darah dan menyebabkan respons inflamasi sistemik dan syok toksik.
Syok toksik adalah komplikasi infeksi bakteri jenis tertentu yang terjadi ketika bakteri masuk ke aliran darah dan menghasilkan racun.
Baca juga: Dampak Infeksi Bakteri Meningitis pada Manusia Menurut Ahli
Menurut CDC, gejala STSS sering kali meliputi:
Baca juga: Studi Baru: Bakteri Tertentu di Usus Kurangi Risiko Penyakit Jantung
Setelah gejala STSS pertama muncul, biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 24 hingga 48 jam untuk penyakit berkembang lebih serius dengan mengakibatkan masalah berikut:
Contoh tanda kegagalan organ, seperti orang tidak bisa buang air kecil, jika mengalami gagal ginjal.
Seseorang mengalami banyak pendarahan atau memar atau kulit dan matanya menjadi kuning, jika mengalami gagal hati.
Orang dengan STSS sering salah didiagnosis.
Baca juga: Waspadai Leptospirosis, Infeksi Bakteri Mematikan dari Kencing Tikus
STSS memerlukan rawat inap. Infeksi bakteri ini diobati terutama dengan antibiotik klindamisin, tetapi perawatan tambahan diperlukan untuk mengatasi syok toksik.
Profesor Penyakit Menular dan Pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt, William Schaffner, MD mengatakan bahwa antiobiotik tersebut bisa bekerja untuk bakteri streptokokus dengan cepat, 12 hingga 24 jam.
Namun, respons peradangan yang muncul mungkin tetap bertahan lama.
Doter biasanya akan memberikan berbagai perawatan untuk syok toksik, termasuk oksigen, hidrasi intravena, dan obat untuk tekanan darah rendah.
Dalam beberapa kasus, pasien STSS memerlukan pembedakan untuk mengangkat jaringan mati akibat infeksi.
Baca juga: Kenali Apa Itu Bakteri Treponema Pallidum, Kuman Penyebab Sifilis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.